Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Konsultan - wellness coach di Highland Wellness Resort

Makan dengan makanan yang kita olah sendiri dengan bumbu organik tanpa perasa dan bahan kimia, dapat menyembuhkan hampir semua penyakit.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Say 'No' To Parenthink and Say 'Yes' To Parentlove

25 Februari 2017   23:44 Diperbarui: 25 Februari 2017   23:56 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

PARENTING – sebuah Ego orang tua atau bentuk pemaksaan keinginan orang tua?

Dulu, sebelum saya menulis buku SMART TEACHING, saya mendapat tawaran sebuah seminar PARENTING. Pertanyaan saya sederhana kepada EO yang menawarkannya kepada saya,

“Apa yang akan saya dapatkan dalam seminar tersebut?”

Lalu mulai dijelaskan,

“Nanti bapak akan mendapatkan ilmu tentang mangasuh anak, mendidik anak dan mengarahkan anak secara tepat.

“Kegunaannya apa ya ilmu tersebut?”

“Persaingan anak semakin ketat pak. Bagaimana anak fokus belajar, mendapatkan nilai bagus di sekolah dan mengenali potensi anak bapak.”

“Mengapa potensi anak perlu dikenali mbak?” tanya saya lebih lanjut.

“Supaya nantinya sukses pak. Bukankah bapak ingin anaknya sukses?”

Obrolan berlanjut dan saya mengatakan akan memikirkannya terlebih dahulu. Sampai rumah saya sempat termenung lama dengan pertanyaan terakhir, “Bukankah bapak ingin anaknya sukses?”

Yup, jelas sebagai orang tua saya ingin anak saya bla, bla, bla, bla ... Ingin anak dapat fokus belajar. Ingin anak tidak banyak main. Ingin anak menurut dan tidak membantah orang tua. Ingin anak menjadi juara di sekolah. Ingin anak mendapatkan prestasi sekolah. Ingin anak nantinya sukses dalam pekerjaan dan karirnya.

Lalu hanya untuk keinginan saya, keinginan ideal orang tua, maka seseorang harus belajar Parenting? Jadi mereka yang berbondong-bondong memenuhi ruangan seminar parenting adalah mereka yang punya keinginan atas anaknya? Ingin anaknya menjadi ini dan itu. ingin anaknya berprestasi dan sukses seperti keinginan orang tuanya?

Sejenak saya tertegun dan Astaga! Apa bedanya anak saya dengan robot? Saya ingin menjadikannya ini dan itu. Ingin anak yang penurut, ingin anak yang seperti pemikiran ideal saya? Kemudian atas nama keinginan orang tua saya memprogram anak saya sejak dini agar nantinya ia menjadi seperti apa yang saya inginkan.

Saya lalu membuka referensi apa sih sebenarnya Parenting itu?

Henry Clay Lindgren menyebutkan bahwa:

“The family, not the school, provides the first educational experiences begining in infancy, with the attempt to guide and direct the child-to train him.”

“Keluarga bukan sekolah, memberikan pengalaman-pengalaman pendidikan yang pertama mulai pada masa pertumbuhan dengan usaha-usaha untuk membimbing dan mengarahkan anak serta melatihnya”

Tiga kata kunci yang mungkin disalah-pahami adalah: Pertumbuhan, Membimbingdan Mengarahkan.

Mungkin EO yang menjelaskan kepada saya kurang tepat sehingga saya menangkap bahwa Parenting adalah upaya untuk membentuk anak atas dasar keinginan orang tuanya. Apalagi Parenting yang di dalamnya ada hypnosis, sehingga ada upaya memprogram kembali pikiran anak untuk menjadi lebih baik sesuai ukuran baik orang tuanya. Untuk menghadapi ujian harus dilakukan hipnosis. Untuk mendapatkan nilai bagus juga harus dihipnosis agar rajin belajar. Kapan anak-anak berkembang sebagaimana manusia yang belajar dari kegagalan-kegagalan, kekecewaan, kesedihan dan jatuh bangun?

Apabila memang Parenting adalah tentang Pertumbuhan, Membimbing dan Mengarahkan,  maka Parenting tidak perlu diseminarkan atau bahkan tidak perlu dipelajari. Mengapa? Ya, setiap orang tua akan belajar dari prosesnya menemani anaknya tumbuh. Karena hal ini tentang pertumbuhan maka tentu saja akan ada kegagalan dan sukses, akan ada sedih dan senang, akan ada kemarahan dan kedamaian. Dan setiap anak dan orang tuanya akan mengalami hal tersebut sebagaimana pertumbuhan itu sendiri.

Saya copy-paste dari sebuah blog tentang anggapan perihal Parenting:

Enam tahun pertama sebagai orang tua, saya sempat terombang-ambing tanpa arah. Nggak tau tujuan mengasuh anak saya. Cita-cita sih banyak, pengen anaknya pinter, sehat, bertanggung jawab, mandiri, dan segudang cita-cita lainnya. Tapi caranya gimana? Ini dia yang saya nggak tau. Nggak tau juga harus cari informasi kemana pada saat itu.Setelah mempelajari ilmu-ilmu parenting, akhirnya saya temukan jawabannya.

Terus terang saya sedih dengan anggapan di atas. Itu cita-cita siapa? Keinginan siapa? Tentu saja cita-cita dan keinginan orang tuanya bukan? Dan ia mendapatkan dari Parenting untuk membentuk anak seperti cita-cita dan keinginan orang tuanya,  yaitu anak robot!

Setiap orang tua membimbing anaknya dari pengalaman kehidupannya. Membimbing bukan memaksakan. Membimbing dan mengarahkan adalah sinergi yang luar biasa. Membimbing anak dikala gagal supaya menyadari bahwa hal itu adalah proses dari belajar yang alami dalam kehidupan, karena kegagalan anak bukanlah kegagalan orang tua dalam membimbingnya. Kegagalan anak adalah proses pembelajaran adalah untuk menjadikan dirinya tangguh.

Mengapa banyak orang tua yang keinginannya ingin terjadi pada anaknya? Karena orang tuanya yang tidak siap dengan kehidupan! Karena persaingan, karena gengsi dan karena nama baik. Anak tetangga pintar dan punya prestasi, maka orang tua iri dan ingin anaknya menjadi seperti itu. Anak tetangga rajin belajar dan tidak membantah, maka orang tua iri dan ingin anaknya menjadi seperti itu.

Parenting sejatinya bukanlah sebuah cara mengasuh, membimbing dan mengarahkan anak. Namun adalah sebuah cara mengasuh, membimbing dan mengarahkan diri orang tua sendiri agar menyadari bahwa anak tidak semestinya dijadikan seperti keinginan orang tuanya.

Suatu hari anak saya akan menghadapi ujian umum sekolah dan ada program dari sekolah yang dinamakan hipnoparenting. Para orang tua diundang rapat sosialisasi dan dijelaskan manfaat program tersebut, salah satunya adalah menjadi rajin belajar, tidak takut ujian, mencari cerdas dan dapat meningkatkan nilai ujiannya.

Saya kemudian membuat surat ijin kepada sekolah untuk tidak menyertakan anak saya dalam program tersebut. Apa alasan saya? Yaitu biarkan anak berkembang alami dan belajar dari kegagalan (apabila gagal) dan juga berlajar dari kesuksesan (apabila sukses). Untuk apa seorang anak diprogram ulang pikirannya hanya untuk sukses ujian? Untuk apa seorang anak diprogram ulang pikirannya hanya untuk menurut kepada orang tua? Untuk apa seorang anak diprogram ulang pikirannya hanya untuk rajin belajar?

Bagi saya sederhana, mengapa anak tidak mau belajar dan malah main game dari hapenya? Sangat mungkin sekali ia melihat kedua orang tuanya tidak pernah membaca buku dan masing-masing asyik dengan hapenya karena online facebook terus-menerus.

Bagi saya sederhana, mengapa anak menjadi sangat keras dan tidak toleran kepada temannya? Sangat mungkin sekali dirumah yang ia saksikan adalah keributan kedua orang tuanya, cekcok orang tuanya dan perselisihan orang tuanya.

Anda yang membaca artikel ini, tidak perlu ilmu parenting yang muluk-muluk dengan istilah asing yang kadang malah membuat bingung. Lalu apa yang diperlukan? Yang diperlukan adalah menjadi orang tua yang penuh cinta, menghadirkan suasana cinta dan memenuhi hatinya sendiri dengan hati yang penuh cinta.

Bila Anda menjadi orang tua dengan hati penuh cinta, maka apapun yang Anda sentuh akan mekar dan tumbuh dengan cinta. Satu cinta akan menyalakan cinta-cinta lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun