Saat novel 'Diary Pramugari' saya meledak, beberapa universitas mengundang saya untuk melakukan 'kuliah umum' baik dari sisi psikologi, sosiologi, maupun sastra.Â
Beberapa radio juga mengadakan talkshow yang ternyata tema dunia pramugari menjadi topik panas dikarenakan kehidupannya yang tidak banyak diketahui masyarakat luas.Â
Apakah Pramugari mempunyai 'affair' dengan pilot? Apakah Pramugari gampang beralih cinta? Apakah Pramugari mempunyai kehidupan yang glamour? - Itulah pertanyaan-pertanyaan yang sampai sekarang seakan-akan tetap menjadi misteri yang tidak terjawab.Â
Di dunia airlines, banyak sekali kriteria kelas dari maskapai yang ada. Ada Low Cost airline dan Full Service airline. Dari maskapai full service airline inipun masih terbagi sesuai dengan 'bintang service' yang dipunyainya.
Kriteria maskapai ini sangat mempengaruhi tentang adanya Pramugari dalam maskapai tersebut, baik dari sisi attitude, komunikasi dan knowledge Pramugari yang ada. Tentunya, bagi maskapai 'murah' yang menekan 'budget' dari sisi manapun juga, untuk melahirkan Pramugari yang unggul akan sangat jauh dari tujuan maskapai tersebut. Maskapai 'murah' tentu akan mempunyai Pramugari yang juga 'seadanya'.Â
Bagi masyarakat Indonesia, kebanyakan masih melihat Pramugari hanya sebagai penyelia makanan dan minuman. Dan tugas utama dari Pramugari sebagai 'safety guard' belum dilihat. Padahal dalam pendidikan Pramugari, materi penyelia makanan dan minuman hanya 20% dan 80% isinya tentang 'Safety airlines'Â
Banyak kejadian bagi penumpang yang membawa koper ke atas pesawat dan mengharapkan Pramugari mengangkatkan koper tersebut ke atas bagasi kabin.
Apa yang terjadi?
Terlihat Pramugari hanya menunjukkan tempat kosong dan mempersilahkan penumpang itu sendiri mengangkat kopernya ke atas. Bagi penumpang Indonesia kebanyakan akan komplain bawa Pramugarinya tidak mau membantu mengangkat koper.Â
Namun memang demikian adanya, karena dalam 'juklak tugas' Pramugari tidak terdapat kewajiban mengangkat koper. Ia wajib mengatur letak bagasi agar boarding lancar dan jadwal lepas landas tidak mengalami gangguan. Tentu saja, bagi orang tua, ibu hamil dan anak-anak, para Pramugari akan sigap membantu mengangkat kopernya ke atas bagasi. Namun bagi penumpang lain yang sehat, kuat, baik perempuan maupun laki, maka membawa koper ke atas pesawat sudah merupakan konsekuensi dirinya untuk mengangkat sendiri ke rak bagasi.
Pramugari lebih ramah kepada 'bule' daripada pribumi?
Saya sendiri sering mendengar kalimat ini dari sejumlah teman yang mungkin mengalami kejadian tersebut. Apa yang terjadi sebenarnya? Apakah benar bahwa Pramugari lebih ramah kepada bule daripada pribumi?Â
Coba kita berkaca kepada diri sendiri selaku pribumi dan melihat budaya orang barat dalam berkomunikasi. Bagi 'western culture' menyapa duluan merupakan kebiasaan yang dilakukan. Jadi pada saat masuk ke pesawat, mereka (orang barat) sudah menyapa duluan bahkan ditambah 'how are you' sambil tersenyum!Â
Apa yang terjadi dengan orang kita sendiri saat masuk ke pesawat? Jangankan menyapa atau tersenyum, atau bahkan membalas sapaan orang lain. Sambil memasang muka serius langsung berkata, "koran! mana koran!"Â
Dari sisi ini, mungkin gelar kita sebagai bangsa yang ramah tamah harus direvisi menjadi 'bangsa yang baru belajar ramah tamah'. Dan Pramugari memang sudah menjalankan tugasnya dengan tepat untuk menyapa penumpang. Hanya saja, bagi 'bule' mereka menyadari pentingnya komunikasi, dan bagi pribumi hampir sebagian egois karena sudah merasa membayar tiket pesawat.Â
Yang menarik apabila bulan puasa seperti ini.
Bagi sebagian Pramugari yang  melakukan ibadah puasa tentu saja merupakan tantangan tersendiri. Dari mengatur jam sahur, menyuguhkan makanan disaat mereka sendiri puasa dan mengatur jam buka puasa.Â
Bahkan pada saat jam lepas landas pukul 18.00, yaitu pas buka puasa, di saat pesawat sudah masuk ke jalur lepas landas dan masih menunggu antrian, beberapa penumpang menekan tombol panggilan dan berteriak, "Saya puasa! mana minum buat buka puasa!"
Ironis, bahwa penumpang seperti itu tidak mengerti bahwa 'critical time' terjadi pada saat-saat persiapan lepas landas. Dan memang setelah pesawat bergerak, peraturan penerbangan internasional mengharuskan semua (penumpang dan pramugari) duduk mengenakan sabuk pengaman dan baru nanti boleh melakuan aktifitas lagi setelah tanda sabuk pengaman dipadamkan.Â
Sebaiknya bila memang berpuasa, perisapkan diri sebaik-baiknya. Bawa makanan kecil atau minuman ringan untuk membatalkan puasa. Atau bisa dengan permen dan nanti menunggu setelah pesawat lepas landas Pramugari akan menyuguhkan makanan dan minuman.
Sehingga pas waktu buka puasa tidak harus dibatalkan dengan minum teh hangat bukan? Andakan sedang di pesawat bukan di restoran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H