Dari sisi ini, mungkin gelar kita sebagai bangsa yang ramah tamah harus direvisi menjadi 'bangsa yang baru belajar ramah tamah'. Dan Pramugari memang sudah menjalankan tugasnya dengan tepat untuk menyapa penumpang. Hanya saja, bagi 'bule' mereka menyadari pentingnya komunikasi, dan bagi pribumi hampir sebagian egois karena sudah merasa membayar tiket pesawat.Â
Yang menarik apabila bulan puasa seperti ini.
Bagi sebagian Pramugari yang  melakukan ibadah puasa tentu saja merupakan tantangan tersendiri. Dari mengatur jam sahur, menyuguhkan makanan disaat mereka sendiri puasa dan mengatur jam buka puasa.Â
Bahkan pada saat jam lepas landas pukul 18.00, yaitu pas buka puasa, di saat pesawat sudah masuk ke jalur lepas landas dan masih menunggu antrian, beberapa penumpang menekan tombol panggilan dan berteriak, "Saya puasa! mana minum buat buka puasa!"
Ironis, bahwa penumpang seperti itu tidak mengerti bahwa 'critical time' terjadi pada saat-saat persiapan lepas landas. Dan memang setelah pesawat bergerak, peraturan penerbangan internasional mengharuskan semua (penumpang dan pramugari) duduk mengenakan sabuk pengaman dan baru nanti boleh melakuan aktifitas lagi setelah tanda sabuk pengaman dipadamkan.Â
Sebaiknya bila memang berpuasa, perisapkan diri sebaik-baiknya. Bawa makanan kecil atau minuman ringan untuk membatalkan puasa. Atau bisa dengan permen dan nanti menunggu setelah pesawat lepas landas Pramugari akan menyuguhkan makanan dan minuman.
Sehingga pas waktu buka puasa tidak harus dibatalkan dengan minum teh hangat bukan? Andakan sedang di pesawat bukan di restoran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H