Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Konsultan - wellness coach di Highland Wellness Resort

Makan dengan makanan yang kita olah sendiri dengan bumbu organik tanpa perasa dan bahan kimia, dapat menyembuhkan hampir semua penyakit.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bila Kau Menganggap Bahwa Rahasia Kaya Itu Ada, Maka Jangan Baca Tulisan Ini!

26 Januari 2016   17:38 Diperbarui: 26 Januari 2016   17:58 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semenjak tulisan Napoleon Hill yang berjudul ‘Think and Grow Rich’ di publikasikan, maka muncul tulisan-tulisan serupa dengan inti tulisan bahwa kaya ada rumusan pastinya. Salah satunya adalah keilmiahan cara kaya atau ‘the science to be rich’ – cara ilmiah menjadi kaya.

Betulkah menjadi kaya mempunyai rumusan yang pasti dan tepat?

 

Saya akan mengajak Anda untuk melihat siapakah Napoleon Hill ini? Mengapa buku-bukunya lebih laris pada jaman sekarang daripada pada saat diterbitkan? (buku think and grow rich diterbitkan tahun 1937)

 

Hill lahir di Virginia tahun 1883. Ibunya meninggal pada saat ia berusia 10 tahun dan ayahnya kemudian menikah lagi setahun kemudian. Atas usaha ibu tirinya, Hill berhasiil mendapatkan mesik tik dengan menukar pistol milik ayahnya. Sejak usia 13 tahun itulah Hill mulai  menuliskan artikel-artikel dan mengejar profesi menjadi penulis.

Dalam perjalanannya menulis, Hill mulai membuat kisah-kisah sukses, termasuk kisah Andrew Carnegie. Perkenalannya dengan Carnegie menyebabkan Hill berkenalan dengan orang-orang sukses seperti Henry Ford, Thomas Edison, George Eastman, Rockefeller. Tulisan Hill tentang orang-orang sukses tersebut menghabiskan waktu 20 tahun dengan lebih dari 500 wawancara.

 

Setelah masa 20 tahun tersebut, Hill mencoba merumuskan mengapa ada orang yang menjadi kaya dan sementara ada orang yang tidak menjadi kaya, berdasarkan wawancara dari orang-orang sukses diatas.

Artinya Hill sendiri memerlukan waktu 20 tahun untuk membuat bukunya laris! Tentunya sebuah perjalanan panjang dan selaras dengan judul bukunya ‘Think and grow rich’. Yaitu berpikir dan tumbuh menjadi kaya. Hill sendiri sebenarnya tidak memberikan rumusan pasti atau rumusan ilmiah. Hilll mengajak untuk berpikir! Yaitu berpikir bagaimana menjalankan pekerjaan secara utuh baik pikiran, perasaan, dan tindakan.

 

Dari serangkaian orang-orang kaya yang diwawancarai, bahkan mereka sendiri tidak tahu, rumusan apa yang pasti sehingga mereka menjadi kaya! Apalagi rumusan yang dikatakan ilmiah. Artinya apabila itu dikatakan ilmiah maka telah melewati serangkaian uji coba dan bukti nyata. Dalam bahasa ilmiah dikatakan EBP – evidence based practice.

Apabila hal tersebut merupakan asumsi. Yaitu asumsi Hill berdasarkan wawancara kepada orang-orang kaya yang sukses, maka hal tersebut bukanlah science, namun pseudo-science.

 

Saya tidak mempermasalahkan apakah itu science atau pseudo-science, karena apapun alasannya, buku-buku Napoleon Hill membantu banyak orang untuk bergerak dan termotivasi untuk bertindak, terlebih lagi berpikir tentang kemajuan dirinya.

Yang menjadi masalah adalah bagi mereka yang menempatkan tulisan-tulisan yang senada dengan materi tulisan Hill menjadi rumusan pasti tentang kekayaan.

 

Bila pembaca menganggap bahwa apa yang diungkapkan Hill merupakan rumusan ilmiah yang pasti, maka akan terjadi kekecewaan dan umpatan apabila ia sendiri tidak dapat menjadi kaya atas saran buku tersebut. Apalagi berharap singkat menjadi kaya.

Bagaimana bisa singkat, kalau kita sendiri melihat bahwa Hill sendiri memerlukan waktu 20 tahun sebelum ia menulis buku larisnya ‘Think and Grow Rich’ yang kemudian menyebabkan Hill menjadi kaya dengan royalti tulisan-tulisannya.

 

Mengapa pemikiran untuk menjadi kaya atau cara menjadi kaya itu laris? Ya, karena ilusi manusia itu sendiri. Ilusi kekayaan yang membahagiakan. Ilusi kekayaan yang diidentikkan dengan kemakmuran. Ilusi bahwa kekayaan adalah satu-satunya tujuan yang layak diperjuangkan. Yang jelas adalah karena mimpi!

Pikiran sangat menyukai mimpi, dan apapun mimpi dimasak, maka ia akan menjadi menu laris untuk disantap.

 

Kondisi masyarakat dunia saat ini (krisis ekonomi, depresi, stress, pergolakan) mungkin sama dengan kondisi masa sebelum perang dunia II dan setelahnya, yaitu keinginan menjadi makmur! Atas dasar kondisi seperti itulah maka buku-buku yang terbit pada jaman itu menjadi buku laris kembali yang di daur ulang untuk diterbitkan maupun dikaji.

 

Sementara, pada bagian masyarakat yang lebih kecil, lebih sedikit, yang sudah menyadari bahwa pencarian kekayaan bukanlah segalanya apalagi satu-satunya, mereka tidak lagi membahas tentang materi serupa ‘Think and Grow Rich’. Mereka lebih mengkaji dirinya tentang kedalaman diri, kebahagiaan, kedamaian, dan kemuliaan hidup yang dijalani.

Kemudian apabila sebagian besar masyarakat masih senang bergulat dengan hal-hal yang dikatakan sebagai rumusan pasti menjadi kaya, pertanyaannya: “apakah kita bergerak maju dari tahun 1937 menjadi tahun 2016? Ataukah kita masih jalan di tempat?”

Atau jangan-jangan hanya tahunnya yang berubah, yaitu 2016, namun kondisi mental kita masih kondisi mental tahun 1937!

 

Dalam salah satu bukunya, Napoleon Hill mengutip kata-kata seorang ilmuwan yang pernah bilang kepadanya, “tidak ada obat yang benar-benar manjur mengatasi berbagai penyakit di dunia ini.”

Pada tahap ini, Hill sangat menyadari bahwa tak ada sebuah cara pasti, tidak ada rahasia yang benar-benar manjur untuk membuat seseorang menjadi kaya. Namun sayangnya, banyak orang yang berharap bahwa rahasia itu ada!

Ketika pasar berharap bahwa rahasia itu ada, maka para pedagang menangkap sebuah peluang penjualan bahwa seolah-olah rahasia itu memang ada!

 

Salam mulia penuh cahaya!

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun