Saya hanya takut, bila sejak anak-anak mereka sudah berpikir tentang keuntungan. Ya, mau tidak mau uang akan berkonotasi dengan untung rugi. Anak-anak akan mulai menilai sesuatu sejak dini tentang untung rugi, tentang jugal beli, tentang persaingan, tentang pencapaian. Kemudian apa yang dibicarakan oleh Kiyosaki terkenal dengan lingkungan kekayaan dan keberlimpahan.
Tidak heran, bila para pemburu kekayaan finansial, atau para pemburu finansial freedom, atau para pemburu pasive incomce, atau para pebisnis pemula menjadikan Kiyosaki sebagai kompas pemikiran.
Nmun ada hal-hal kecil yang mungkin luput dari perhatian banyak orang yang mengejar kebebasan keuangan mereka. Kiyosaki mengatakan, ‘Ajari anak Anda bahwa uang tidak menjadikan orang kaya.’
Artinya yang dikejar bukanlah uang, bukan mengumpulkan uang dalam jumlah banyak, bukan keuntungan dari margin jualan antara untung dan rugi. Dan ini juga menarik, ‘Tuntun anak anda bahwa pikiran mereka yang menjadikan kaya, bukan uang mereka. Kemudian sadari bahwa untuk menjadi kaya mereka tidak memerlukan uang.’
Ini adalah sisi spiritual dari seorang Kiyosaki. Saya akan ulangi lagi apa yang mungkin terlewatkan bagi sebagian kebanyakan orang;
‘Tuntun anak anda bahwa pikiran mereka yang menjadikan kaya, bukan uang mereka. Kemudian sadari bahwa untuk menjadi kaya mereka tidak memerlukan uang.’
Artinya, apapun profesi anda, entah itu karyawan biasa, manager, ibu rumah tangga, guru pengajar, penjual barang, direktur, dapat menjadi kaya dan bukan karena uang mereka!
Menarik bukan pemikiran tersebut? – ya, bahwa kaya tidak berhubungan dengan uang. Kaya berhubungan dengan kesadaran tentang kondisi kaya tersebut.
Dalam hal ini, maka Kiyosaki selaras dengan Ki Hajar Dewantara. Hanya bahasa mereka yang berbeda. Budi Pekerti adalah sebuah kesadaran tentang kakayaan. Ya, dalam buku Kiyosaki ditanyakan: siapa yang lebih cerdas: karyawan atau pemberi kerja? Jelas pemberi kerja, karena seorang pemberi akan lebih bermurah hati daripada penerima. Dan seorang pemberi adalah orang yang berbudi pekerti mulia karena dia mau memberikan.
Bahkan mulai dari halaman 267 dalam bukunya, Kiyosaki menekankan: Berilah maka kau akan merima. Ini adalah sebuah langkah klasik dari penerapan tentang kesadaran akan kekayaan. Bila anda sadar bahwa diri anda kaya, maka anda akan bermurah hati, berbudi pekerti mulia, dan murah dengan pemberian. Bila anda tidak mempunyai kesadaran tersebut, maka anda termasuk orang miskin yang selalu mencari, mengumpulkan dan mencari sebanyak-banyaknya uang sebagai label kekayaan anda.
Membaca kesuluruhan buku dari Kiyosaki, saya kembali teringat dengan teman saya yang memutuskan keluar dari pekerjaan. Ya jelas karena ukurannya adalah uang sebagai kebebasan finansial. Ia mengukur bahwa dengan keluar dari pekerjaannya ia akan dapat menghasilkan uang lebih banyak dari sekedar menjadi karyawan.