Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku tema-tema pengembangan potensi diri

Buku baru saya: GOD | Novel baru saya: DEWA RUCI | Menulis bagi saya merupakan perjalanan mengukir sejarah yang akan diwariskan tanpa pernah punah. Profil lengkap saya di http://ruangdiri.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Permintaan Maaf Saya Kepada Robert Kiyosaki

18 Januari 2016   23:00 Diperbarui: 18 Januari 2016   23:17 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya hanya takut, bila sejak anak-anak mereka sudah berpikir tentang keuntungan. Ya, mau tidak mau uang akan berkonotasi dengan untung rugi. Anak-anak akan mulai menilai sesuatu sejak dini tentang untung rugi, tentang jugal beli, tentang persaingan, tentang pencapaian. Kemudian apa yang dibicarakan oleh Kiyosaki terkenal dengan lingkungan kekayaan dan keberlimpahan.

Tidak heran, bila para pemburu kekayaan finansial, atau para pemburu finansial freedom, atau para pemburu pasive incomce, atau para pebisnis pemula menjadikan Kiyosaki sebagai kompas pemikiran.

Nmun ada hal-hal kecil yang mungkin luput dari perhatian banyak orang yang mengejar kebebasan keuangan mereka. Kiyosaki mengatakan, ‘Ajari anak Anda bahwa uang tidak menjadikan orang kaya.’

Artinya yang dikejar bukanlah uang, bukan mengumpulkan uang dalam jumlah banyak, bukan keuntungan dari margin jualan antara untung dan rugi. Dan ini juga menarik, ‘Tuntun anak anda bahwa pikiran mereka yang menjadikan kaya, bukan uang mereka.  Kemudian sadari bahwa untuk menjadi kaya mereka tidak memerlukan uang.’

Ini adalah sisi spiritual dari seorang Kiyosaki. Saya akan ulangi lagi apa yang mungkin terlewatkan bagi sebagian kebanyakan orang;

‘Tuntun anak anda bahwa pikiran mereka yang menjadikan kaya, bukan uang mereka.  Kemudian sadari bahwa untuk menjadi kaya mereka tidak memerlukan uang.’

Artinya, apapun profesi anda, entah itu karyawan biasa, manager, ibu rumah tangga, guru pengajar, penjual barang, direktur, dapat menjadi kaya dan bukan karena uang mereka!

Menarik bukan pemikiran tersebut? – ya, bahwa kaya tidak berhubungan dengan uang. Kaya berhubungan dengan kesadaran tentang kondisi kaya tersebut.

Dalam hal ini, maka Kiyosaki selaras dengan Ki Hajar Dewantara. Hanya bahasa mereka yang berbeda. Budi Pekerti adalah sebuah kesadaran tentang kakayaan. Ya, dalam buku Kiyosaki ditanyakan: siapa yang lebih cerdas: karyawan atau pemberi kerja? Jelas pemberi kerja, karena seorang pemberi akan lebih bermurah hati daripada penerima. Dan seorang pemberi adalah orang yang berbudi pekerti mulia karena dia mau memberikan.

Bahkan mulai dari halaman 267 dalam bukunya, Kiyosaki menekankan: Berilah maka kau akan merima. Ini adalah sebuah langkah klasik dari penerapan tentang kesadaran akan kekayaan. Bila anda sadar bahwa diri anda kaya, maka anda akan bermurah hati, berbudi pekerti mulia, dan murah dengan pemberian. Bila anda tidak mempunyai kesadaran tersebut, maka anda termasuk orang miskin yang selalu mencari, mengumpulkan dan mencari sebanyak-banyaknya uang sebagai label kekayaan anda.

Membaca kesuluruhan buku dari Kiyosaki, saya kembali teringat dengan teman saya yang memutuskan keluar dari pekerjaan. Ya jelas karena ukurannya adalah uang sebagai kebebasan finansial. Ia mengukur bahwa dengan keluar dari pekerjaannya ia akan dapat menghasilkan uang lebih banyak dari sekedar menjadi karyawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun