Awan gelap merata
Corak bintang dan rembulan menjadi selimut..
Malamku sebelum menyelesaikan hari..
Menutup mata yang sayup..
Saat ku melihat keatas taburan bintang harapan bertabur indah hiasai selmit malamku..
Yang sepi..
Hening... Membiarkan Tangis cinta menikam hatiku..
Bersandar pada kelam doa harapan terucap dalam senyap nya diakhir hari ini..
Berteman dengan sepi, meski bintang malam menemani tuk berjaga dan siap sedia.. Melantunkan nyanyian malam yang indah... Mengantarkan cintaku ke mimpi di pulau hatiku..
Setelah Dihujani oleh puisi, yang dinginkan hati..
Hangatkan bayang pelukmu diselimuti malam bertaburan bintang harapan yang hilang di telan waktu.. Sebelum pagi... Menjelang.. harapan baru tercipta.. Saat ku terhenti sejenak..
Di tengah persimpangan.. Ku terhenti sejenak..
Saat Dikelilingi oleh tawa teriang di telingaku seperti kicau burung malam bersama bintang lain
Memecah keheningannya
Ingin ku lengkingkan suaraku yang paruh, lalu ku kejar ke pantai mimpimu..
Hangat jingga dipandang
Dingin dirimu dikenang..
Ku akui rindumu menanjam, bukan pada tempatnya
bertengger nakal memaksa tunggu mengungsi
Moga bahasa manis umpatan tak menusuk di dasar hati sebab pemiliknya tak ingin peduli
duh bisakah kau pilihkan aku diksi terbaik?bukan menebar kumpulan bahasa yang terkumpul dari tong sampah yang busuk dengan dosa...
Tapi pilahan kebaikan yang terpancar indah seperti mentari merekah di sebelah timur..
Segera menghangatkan tubuh..
Menyambut hari yang baru...
Saat ku melepas selimut malam..
Berganti hangatnya pagi bersama hangatkan..
Cahaya pagi..
Menyegarkan raga melepas kedinginan kabut pagi yang pekat.. Dari sisa dosa semalam.. Kala selimut awan tak mengizinkan bintang harapan turun..
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI