Saat ku melihat diriMu..
Sujud mohonkan..
Saat ku rundukkan kepala..
Saat ku tak setajam diriMu.
Tuk mengatasi persoalan dunia ini..
Tuk mengampuni dosa ribuan pasir orang di muka bumi ini...
Hanya ampunanMu lah yang menyejukkanku..
Hanya sinar pagiMulah yang menghangatkan tubuhku..
Membakar semangatku yang memudar..
Jenuh dengan kicauan dosa manusia yang berTuhan..
Tapi tak bijak mengurusi urusan duniawi..
Itukah aku... Yang terus meminta ribuan ampunan..
Di kala harus sujud, berdoa memohon tuk bersihkan lumpur dosanya melekat...
Seperti lem jebakan sang iblis..
Di dalam diri...
Apakah ku harus menyalahkannya?
Mau di perbudaknya..
Saat ku tak sejatam diriMu..
Tuk bersyukur atas ampunanMu..
Tuk kembali menjadi nahkoda bagi diriku..
Sebelum jadi nahkoda di kapal yang lebih besar..
Membelah lautan tantangan dunia ini..
Hanya kau mentari pagiku..
Saat ku pertajam diriku...
Saat yang kupegang hanya kotak canggih tipis berukuran diagonal 5inc..
Menulis puisi ini di sudut barat Kartonyono..
Menatap mentari harapan pagi yang menyilaukan hati..
Tuk mencari sesuap nasi..