Ngangeni hati...
Yang berdiri tegak meski rambutmu tak mengitam lagi..
Sekarang mentari sudah tinggi merekah..
Panasnya memberikan jiwa tak patah ara..
Menunggu satu penumpang yang tersisa..
Sementara rekanmu mbah sudah..
Pergi tak sabar tuk bertekun sepertimu...
Sesekali kau trima.. Tumpukan kardus bekas..
Untuk sesuap nasi pagi.. Ini..
Meski keluh telah berkejar-kejaran dengan waktu dan bus kota..
Kosong pelanggannya.. Di era pandemi ini..