Pagi ini.. Cerah bersama ayam yang beramai-ramai..
Mengais sampah-sampah yang gunung..
Berserakan semua..
Berhamburan semua..
Di mana-mana sampah ...
Di mana-mana daun berserakan..
Memang tak sepanen.. Setelah hujan badai seminggu yang lalu..
Saatnya ku pegang sapu..
Ku sapu.. Setiap sela-sela batu.. Yang sulit di jangkau sapu lidi..
Harus ku tekan... Baru ku sapu.. Dengan sekuat hati
Sampai liriknya hampir patah..
Meski lentur.. Agak kaku.. Tak sekaku hati yang mengeras.. Tuk melawan kemalasan diri.. Di atas kasur yang empuk..
Mengeras tertindih badan yang berat..
Diantara kerikil dan tanah.. Daun kering yang berjatuhan masih bersembunyi..
Sambil ku usir gerombolan ayam agar tembolok nya..
Terisi penuh.. Sangat kenyang...
Kenyang karena tuannya masih tertidur pulas..
Semalam begadangan.. Saat lapar setelah kenyang tidur kembali..
Sekarang ayamnya. Harus mengais..
Meraup makanan yang banyak sampai di usir... Banyak.. Orang..
Masih terpernjat di mataku sambil ku sapu...
Daun kering yang masih berserakan...
Ku sapu ku kumpulkan..
Di suatu tempat...
Di situ sampah terkumpul...
Menggunung..
Menjadi humus yang menyuburkan tanaman kembali..
Hasilnya dan buahnya bisa ku panen di antara phon ketela dan singkong...
Bentol dan pohon mangga,.. Yang mulai mengembang..
Diantara rumput hijau.. Kunir putih yang mengering..
Ku panen.. ku tumbuk.. Untuk obat jamu..
Rimbunnya daun sembukan yang menjalar..
Bisa ku panen lebat daunnya..
Menjalar di pohon srikaya yang berbuat lebat..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H