Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - Pendidik untuk asa tunas muda dunia
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berjuang dalam tulisan dengan hati nurani dan menginspirasi Bagi sesama...serta mengetuk relung-relung hati sesama.. 🙏

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Potong rambut

7 April 2020   13:19 Diperbarui: 7 April 2020   22:22 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

tibalah sore hari 

ku mandi setelah ashar berkumandang

sekitar 5 menit membawa kesegaran di tubuh yang luar biasa

dengan rambut Panjang pas sejajar telinga bawah

tak enak di kepala berbulan-bulan lamanya

ku kayuh sepeda sambil berpikir sejenak

kulewati kelokan demi kelokan

jalan yang lurus dan yang lurus sampailah di tukang pangkas rambut

berjajar sepeda motor ku kira  "pasti lama menunggu"

setelah mendekat ternyata hanya seorang pria paroh baya tegap...

yang pasti ku kenal  si pemilik kios potong rambut

dengan harga yang cukup murah

sekali potong se model apapun sesuai kemauan yang punya kepala

ku masuk kekios itu dengan ramah menyambutku

dan mempersilakan diriku..

sambal bertanya"di model seperti apa mas?"

"1 cm mas merata" spontan kujawab

sambal menutupi tubuhku yang kerempeng dengan kain 

agar tak terkena potongan rambutnya

ku ingat rambutku agar mengering setelah ku kerasi dengan sampoo saat mandi tadi..

"wah semi gundul to"tandasnya sambal menyiapkan barber ditangan dan sisir

"ya mas" seketika itu juga separoh rambut di kepalaku tinggal sedikit

seperti potongan tentara.."weh sesuai harapanku" gumamku dalam hati

tanpa ragu dan begitu cepat sekitar 15 menit selesai sudah..

dan rasanya enteng(ringan) enak...

tak panas lagi meski Udara sore itu cukup panas karena beratapkan seng

saat ku merenung dalam kesepian jiwa tak ada seorangpun hari itu seharian selain diriku yang memangkas rambut

ku dalam hati seolah tahu dan patuh pada aturan dari pemerintah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun