Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - Pendidik untuk asa tunas muda dunia
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berjuang dalam tulisan dengan hati nurani dan menginspirasi Bagi sesama...serta mengetuk relung-relung hati sesama.. 🙏

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hitamnya Tinta di Tangan dan Lenganku

18 Maret 2020   04:48 Diperbarui: 18 Maret 2020   04:41 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tinta Hitam

Pagi Ini Printerku Kehabisan Tinta..

Lupa Kalo Sekian Lama Terlambat Tuk Mengisinya

Pelan-Pelan Ku Isi

Tiba-Tiba Habislah Sudah Tinta Itu Terbuang

Bukan Pada Tempatnya

Tapi Pada Tangan Yang Penuh Dosa Ini

Tak Perlu Menyalahkan Diri Sudah Terlanjur

Tangan Ku Cuci Karna Tinta Yang Terbuang Sia-Sia

Sebotol Penuh Tinggal Separuh..

Ku Cuci Tanganku Sedikit Demi Sedikit Ada Yang Keluar DariSela-Sela Pori-Pori Kulitku

Sambil Berpikir Kenapa Seceroboh Ini

Sambil Merenung Mengapa Dosa Tinta Ini Tak Hilang-HilangDengan Cepat...

Lebih Dalam Lagi Harus Ku Perbuat Apa...

Memang Butuh Kesabaran Untuk Mengurangi Segala Dosa Ini

Asal Tak Mengulanginya Lagi..

 

Air Se Gayung Sudah Habis Sebagian Bekasnya Sudah MulaiMemudar

Kembali Sejenak Diam Sambil Mengambil Air Dan Sabun

Tuk Membersihkannya...

Dalam Benakku..

Adakah Cara Yang Cepat Agar Bekas Ini Tak Telalu Menempel DiPori-Pori Kulitku..

Dan Terlihat Banyak Orang..

Tentu Menerima Diri Apa Adanya Sangat Penting..

Menguras Habis Kesombongan Diri Dan Keangkuhan Diri

Selalu Menyalahkan Diri Sendiri

Dan Tak Memperbaikinya

 

Pertobatan Hanya Sebuah Kata-Kata Kosong...

Pemulihan Diri Hanya Rutinitas Untuk Kembali Lagi Ke PadaDosa Yang Sama

Tercebur Lumpur Nafsu Dan Kecanduan Akan Kenikmatan DuniawiDan Keinginan Daging

Tak Mau Keluar Dari Lumpur Yang Nikmat Sesaat Itu..

Itukah Manusiawi Yang Selama Ini Terasa Melekat SepertiTinta Yang Kena Di Tangan Dan Sebagian Lengan Ini

 

Bapa Sujud Ku Ucapkan Padamu Saat Tersadar Ingin LekasBangkit Memperbaiki Di Antara Serpihan-Serpihan Kebaikan Diri

Celah-Celah Cahayamu Yang Memberi Harapan Yang Nyata

Meski Protesku Padamu Masih Mengunung Karna KetidakadilanDunia Ini...

Cahaya Kecil Harapan Terpancar Indah Meski Tantangan ZamanIni Begitu Deras Mengalir

Seperti Air Kotor Yang Di Buka Dari Bendungan Yang Tak BisaMenampung Ribuan Sampah Buang Dari Manusia Yang Tak Bertanggungjawab Akan AlamDan Lingkungan Sekitarnya

Saatnya Untuk Berbalik Untuk Membersihkan Sampah-Sampah ItuAgar Tak Menghalangi Aliran Rahmat Pengampunanmu Apadaku Yang Penuh Dengan DosaIni...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun