Anda yang ingin mengetahui perubahan yang terjadi dapat membandingkannya dengan PUEBI di laman PUEBI daring yang dibuat oleh pakar bahasa, Ivan Lanin.
Sejauh yang dapat kita lihat sepintas dari kedua laman, pada bagian Penggunaan Huruf ada perubahan dan penambahan yaitu: "Huruf Diftong" menjadi "Gabungan Huruf Vokal".Â
Pada EYD V contohnya lebih lengkap dan terdapat  penambahan monoftong eu. Contoh monoftong eu yaitu, eurih (awal), Seudati (tengah), dan sadeu (akhir).
Eurih berasal dari bahasa Sunda yang berarti rumput-rumputan. Seudati merupakan tari tradisional yang berasal dari Aceh. Dan, sadeu atau sadei menurut KBBI berarti desa dalam masyarakat Rejang yang terbentuk dari sedikitnya empat kelompok keluarga luas patrilineal.
Berikutnya, untuk bab Penulisan Kata pada EYD V terlihat lebih ramping dengan memangkas sejumlah subbab pada PUEBI sebelumnya. Kemudian bagian Unsur Serapan pada EYD V tampak mendapat perhatian tersendiri yaitu pembagian serapan umum dan khusus.Â
Selain itu terdapat pula daftar isi masing-masing yaitu Serapan Umum terdiri dari 95 poin dan Serapan Khusus terdiri dari 4 poin. Hal ini akan mempermudah pencari untuk menemukan kaidah-kaidah tertentu.
Bagi peminat bahasa, penulis, guru, dosen, siswa, dan mahasiswa, penggunaan PUEBI mungkin masih menjadi acuan saat ini. Akan tetapi dengan hadirnya EYD V maka berangsur-angsur pedoman bahasa harus beralih ke versi terbaru.
Seperti yang dikatakan pimpinan Badan Bahasa dalam kata pengantar, perubahan yang terjadi antara lain untuk mengakomodasi cairnya batas-batas wilayah akibat perkembangan teknologi informasi. Hal itu tentunya memengaruhi interaksi verbal  yang terjadi antarpengguna bahasa.
Demikianlah breaking news kebahasaan kali ini. Agar tak semakin penasaran sila bandingkan kedua versi di tautan masing-masing seperti yang tercantum di atas.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H