Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Setelah 17 Agustus 2022 Jangan Pakai PUEBI Lagi!

21 Agustus 2022   20:44 Diperbarui: 22 Agustus 2022   20:15 4978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peluncuran EYD V oleh Badan Bahasa Kemendikbud Ristek,18/8/2022(Foto: Kompas.com/Erwin Hutapea).

Anda yang ingin mengetahui perubahan yang terjadi dapat membandingkannya dengan PUEBI di laman PUEBI daring yang dibuat oleh pakar bahasa, Ivan Lanin.

Sejauh yang dapat kita lihat sepintas dari kedua laman, pada bagian Penggunaan Huruf ada perubahan dan penambahan yaitu: "Huruf Diftong" menjadi "Gabungan Huruf Vokal". 

Pada EYD V contohnya lebih lengkap dan terdapat  penambahan monoftong eu. Contoh monoftong eu yaitu, eurih (awal), Seudati (tengah), dan sadeu (akhir).

Eurih berasal dari bahasa Sunda yang berarti rumput-rumputan. Seudati merupakan tari tradisional yang berasal dari Aceh. Dan, sadeu atau sadei menurut KBBI berarti desa dalam masyarakat Rejang yang terbentuk dari sedikitnya empat kelompok keluarga luas patrilineal.

Berikutnya, untuk bab Penulisan Kata pada EYD V terlihat lebih ramping dengan memangkas sejumlah subbab pada PUEBI sebelumnya. Kemudian bagian Unsur Serapan pada EYD V tampak mendapat perhatian tersendiri yaitu pembagian serapan umum dan khusus. 

PUEBI menjadi EYD, diolah pribadi. 
PUEBI menjadi EYD, diolah pribadi. 

Selain itu terdapat pula daftar isi masing-masing yaitu Serapan Umum terdiri dari 95 poin dan Serapan Khusus terdiri dari 4 poin. Hal ini akan mempermudah pencari untuk menemukan kaidah-kaidah tertentu.

Bagi peminat bahasa, penulis, guru, dosen, siswa, dan mahasiswa, penggunaan PUEBI mungkin masih menjadi acuan saat ini. Akan tetapi dengan hadirnya EYD V maka berangsur-angsur pedoman bahasa harus beralih ke versi terbaru.

Seperti yang dikatakan pimpinan Badan Bahasa dalam kata pengantar, perubahan yang terjadi antara lain untuk mengakomodasi cairnya batas-batas wilayah akibat perkembangan teknologi informasi. Hal itu tentunya memengaruhi interaksi verbal  yang terjadi antarpengguna bahasa.

Demikianlah breaking news kebahasaan kali ini. Agar tak semakin penasaran sila bandingkan kedua versi di tautan masing-masing seperti yang tercantum di atas.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun