Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejarah Rumah Proklamasi Jalan Pegangsaan Timur 56 Sebelum Dihuni Presiden Soekarno

18 Agustus 2022   16:25 Diperbarui: 24 Agustus 2022   16:28 3559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prof. Frederik Mari van Asbeck (bercelana putih) bersama Jenderal Spoor (memegang topi) di sebuah pemakaman di Depok, 6 Juni 1946 (Foto: nationaalarchief.nl - Fotocollectie Dienst voor Legercontacten Indonesië ).

Ada rumpang sejarah bagaimana dan kapan tepatnya Yamin dkk. mengadakan diskusi di Rumah Proklamasi.

Apakah keberpihakan Van Asbeck pada kebijakan emansipasi Cornelis van Vollenhoven yang mendekatkan dirinya dengan beberapa pemuda pergerakan yang juga mahasiswanya? Yu Un Oppusunggu dalam tulisan "95 Tahun FHUI" tidak membahas lebih jauh. Termasuk juga pertanyaan apakah Van Asbeck yang menginisiasi diskusi dengan kelompok Yamin di rumahnya

Jabatan lain yang disandang Prof. F. M. van Asbeck adalah pejabat perwakilan Tjandi Stichting atau Yayasan Tjandi.

Dokter R. M. Soeharto, dokter pribadi Presiden Soekarno (Foto: Fajar.sulsel.co.id).
Dokter R. M. Soeharto, dokter pribadi Presiden Soekarno (Foto: Fajar.sulsel.co.id).

Dokter Soeharto ketika menjadi mahasiswa GHS (Geneeskundige Hoogeschool, kelanjutan dari STOVIA dan cikal bakal Fakultas Kedokteran UI) juga kerap berjumpa dengan Van Asbeck. 

Pada tahun 1928, Soeharto setiap bulan datang ke Pegangsaan 56 untuk mengambil uang beasiswa dari Yayasan Tjandi.  Satu dari dua beasiswa selain dari Department van Onderwijs en Eredienst atau Departemen Pendidikan dan Agama (Historia.id, 17/8/2022). Lima belas tahun kemudian saat menjadi dokter pribadi Soekarno, dokter Soeharto sudah merasa tak asing lagi dengan rumah bersejarah tempat proklamasi tersebut.

Saat F. M. van Asbeck pulang ke Belanda tahun 1934 diketahui rumah Pegangsaan 56 kemudian ditempati oleh Jhr. P. R. Feith. Jika merujuk catatan bahwa Feith tinggal di sana tahun 1935 berarti ada jeda 1 tahun. Yang jelas pada masa pendudukan Jepang, Feith kemudian menjadi interniran (tahanan) Jepang.

Pegangsaan Timur 56 selanjutnya ditempati Soekarno setelah difasilitasi oleh Hitoshi Shimizu seorang staf Sendenbu atau Badan Propaganda Jepang. Sebagai pengganti, rumah yang masih dihuni keluarga Feith itu ditukar dengan rumah di Jalan Lembang yang masih berada di kawasan Menteng.

Tentara pendudukan Jepang menyediakan segala keperluan itu karena berkepentingan dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional seperti Soekarno cs. yaitu sebagai perantara komunikasi/propaganda untuk rakyat Indonesia. Sebelumnya, Jepang mengatur penjemputan Soekarno dari Padang --setelah menjalani pengasingan Belanda di Bengkulu-- dan kemudian ditempatkan di Jakarta.

Soekarno sendiri mengajukan syarat yaitu ingin tinggal di rumah yang lapang dan berhalaman luas. Untuk memenuhi hal itu, Shimizu yang banyak membantu persiapan kemerdekaan Indonesia kemudian meminta bantuan dua orang pemuda, Chaerul Basri dan Adel Sofyan.

Rumah yang dihuni Presiden Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, kira-kira tanggal 25 Februari 1946, dijaga seorang prajurit Tentara Republik Indonesia (Foto: Willem van de Poll, Twitter @potolawas).
Rumah yang dihuni Presiden Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, kira-kira tanggal 25 Februari 1946, dijaga seorang prajurit Tentara Republik Indonesia (Foto: Willem van de Poll, Twitter @potolawas).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun