Berbeda dengan Muamar yang anak asuhnya pulang tanpa medali di tangan atlet merah putih, Flandy Limpele justru mampu menahan laju ganda putra Indonesia.
Anak didik Flandy yaitu Aaron Chia/ Soh Wooi Cik menjegal ganda senior Mohammad Ahsan/ Hendra Setiawan. Duet kita pulang dengan catatan 21-17, 17-21, dan 14-21 dalam laga semifinal di Musashino Forest Sports Plaza akhir Juli lalu.Â
Tak ada medali yang dapat kita raih dari ganda putra. Namun Malaysia berhasil mencuri satu-satunya perunggu lewat tandem yang ditempa pelatih asal Indonesia.
Flandy Limpele sendiri bukan atlet sembarangan; mantan ganda putra peraih perunggu Athena 2004. Pasangannya dahulu adalah Eng Hian dan ternyata ... dia adalah pelatih di balik sukses emas Greysia/ Apriyani!
Muamar Qadafi dan Flandy Limpele adalah dua pelatih made in INA yang sukses membawa badminton Indonesia mendunia. Catatan badmintonasia.org saat ini sekurang-kurangnya ada 12 pelatih yang tersebar di 9 negara.
Di negeri jiran ada Hendrawan, Flandy Limpele, Paulus Firman, dan Indra Wijaya. Â Kemudian ada pula Mulyo Handoyo di Singapura, Rexy Mainaky di Thailand, dan Namrih Suroto di India.
Sebelum melatih Malaysia, Flandy Limpele adalah salah satu pelatih India. Prestasi Satwiksairaj Rankireddy dan Chirag Shetty masuk 10 besar dunia merupakan hasil polesannya.
Eropa termasuk salah satu jujugan diaspora pelatih Indonesia.
Finlandia ditangani Imam Teguh sementara Irlandia diasuh Davis Efraim. Yang lain yaitu Didi Purwanto yang menukangi Hungaria dan Indra Bagus yang menempa Belgia.
Untuk  pan-Amerika sendiri, sebelum Muamar Qadafi sebenarnya ada dua pebulutangkis tanah air yang menjadi sparring partner di sana. Mereka adalah Roy Purnomo dan Agustinus Sartono yang membantu melatih atlet-atlet Peru.
Dengan deretan prestasi pelatih kita itu sebenarnya tersimpan potensi besar Indonesia mengimbangi raksasa badminton China lebih dekat. Saat ini sudah 20 emas olimpiade dikoleksi China sementara Indonesia baru 8.