Strategi Denmark ternyata sekadar menerpa angin.Â
Menit ke-73 Stone berhasil membidik gawang tetapi Schmeichel masih bisa menyelamatkan gawang. Menit ke-74 giliran tendangan Harry Kane  diblok oleh Vestergaard.
Menjelang akhir babak kedua rampung, Denmark kembali melakukan pergantian pemain. Menit ke-79 bek Christensen aplusan dengan Joachim Andersen. Kemudian Thomas Delaney juga kena mutasi dan diganti Mathias Jensen.
Tetapi apa yang dilakukan Denmark selalu sia-sia. Dominasi Inggris tak juga berhasil dipatahkan. Denmark tak berdaya untuk memberikan serangan balasan yang cukup berarti.
Data statistik UEFA menunjukkan, hingga akhir babak normal tuan rumah berhasil membangun 56 serangan dan 15 bidikan ke arah gawang. Sangat timpang dengan tim tamu yang cuma membalas dengan 15 serangan dan  5 bidikan.
Sempat diwarnai dugaan diving Sterling, wasit bersikeras menunjuk titik putih 12 pas usai pemeriksaan VAR. Pada menit ke-104 itulah gol dilesakkan Harry Kane lewat tendangan kedua setelah penaltinya gagal.
Satu gol itu mengantarkan Kane ke panggung sejarah sepak bola Inggris. Namanya masuk daftar 3 elit pencetak gol Euro sebanyak 4 atau lebih selain Wayne Rooney (4 gol, 2004) dan Alan Shearer (5 gol, 1996). Jika mampu menambah lagi di laga final maka pemain Tottenham Hotspur ini akan menjadi top scorer Euro 2020.
Diserang bertubi-tubi skuad dinamit bukannya membalas tetapi justru kelelahan akibat menangkis gempuran Inggris yang tak berkesudahan. Lelah fisik dan terutama psikis. Inggris-Denmark sama-sama mendapat 1 kartu kuning. Namun, pelanggaran yang dilakukan tim dinamit mencapai 21 kali. Inggris cuma 10.
Untuk data offensif, hingga akhir babak perpanjangan waktu tercatat ada 81 serangan yang dilakukan tim pemilik stadion. Seperempat dari serangan --21-- berhasil dikonversi menjadi bidikan bola ke arah gawang. Sepuluh di antaranya on target, 11 lainnya meleset atau diblok.
Sebaliknya, tim dinamit kali ini bermain sangat memprihatinkan.Â