Walaupun demikian kesebelasan asuhan Kasper Hjulmand ini tak gentar. Denmark punya spirit permainan tim yang menghindari ketergantungan pada satu sosok.
Dalam kasus kehilangan pemain kunci Christian Eriksen, Denmark punya Mikkel Damsgaard sebagai  pengganti. Begitu pula saat ditinggal Yussuf Poulsen dan Daniel Wass pada  babak 16 besar, Danish Dynamite punya Jens Stryger dan Kasper Dolberg yang terbukti produktif.
Apes-apesnya Denmark tak mampu membongkar pertahanan Inggris, mereka masih bisa memaksakan skenario imbang yang terbukti cukup ampuh. Swiss berhasil melakukannya hingga terjadi drama adu penalti saat bertemu Prancis dan Spanyol.
Artikel terkait: Spanyol menunggu Usai Swiss pulangkan Prancis
Hitung-hitungan kelas, Swiss levelnya di bawah Prancis dan Spanyol. Memaksa bermain seri 90 menit meski sulit tetapi sangat mungkin dilakukan. Soal Swiss ternyata kalah tos-tosan di tangan Spanyol itu adalah perkara lain yang berbeda. Yang penting peluang bertambah jadi 50:50.
Pilihan Denmark bermain bertahan dan mengandalkan serangan balik tersebut diisyaratkan oleh reporter Sture Sando. Rumusnya, kalau tak mampu menembus pertahanan Inggris satu-satunya cara adalah bertahan. Selanjutnya bawa lawan ke pilihan terakhir yaitu adu penalti.
Selain aspek teknis strategi lapangan, faktor yang juga berperan penting adalah mental.
Dalam laga Ceko lawan Belanda, sejarah kelam tim oranye yang kerap kalah dalam laga membuat Ceko pede maksimal. Hasilnya, Belanda yang diunggulkan ternyata terkapar lagi dengan skor 2-0.
Tetapi bukankah rekam jejak laga Inggris-Denmark lebih sering dimenangkan Inggris?
Soal akumulasi kemenangan memang betul Inggris lebih banyak yaitu 13 banding 5. Akan tetapi dalam dua laga terakhir --Liga Negara-negara UEFA-- Denmark justru menang 1-0 dan sekali seri. Kekalahan Denmark lebih banyak terjadi di masa lalu.