Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Setelah KLB Demokrat, Mampukah Narasi "Kudeta Capres" PDIP Bertahan Lama?

27 Mei 2021   10:46 Diperbarui: 27 Mei 2021   10:52 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ganjar Pranowo dan Bambang Wuryanto atau Bambang Pacul di Semarang, 2015 (Foto: Suara Pembaruan/ Willy Masaharu).

Dampak dari keterlibatan itu, Moeldoko yang sempat ditekan-tekan terbukti masih aman posisinya. Tuntutan mundur sukarela atau dilengserkan Jokowi nyatanya tidak (belum) terbukti. Reshuffle kabinet kemarin bukanlah reshuffle seperti yang dibayangkan.

PDIP sebagai pihak petahana sulit bermain seperti Demokrat meski kasus yang diangkat mungkin real  terjadi. Isu kudeta capres bisa  gagal dikapitalisasi jadi momentum untuk  menambah popularitas partai atau figur. Relatif tidak banyak perubahan.

Jika maksud atau tujuan narasi kudeta capres adalah mengantar  Puan Maharani ke panggung wacana maka dari dulu publik juga sudah ngeh. Namun menyangkut preferensi publik yang dibahasakan sebagai elektabilitas maka persoalan menjadi berbeda. Nama besar tidak serta merta menjadi jaminan.

Tentang istilah capres juga sejatinya mengandung persoalan dari segi pihak yang melontarkannya. Istilah capres saat ini kan sebenarnya berasal  dari lembaga survei dengan pengkondisian "jika pemilu atau pilpres digelar hari ini".

Baik responden survei atau netizen survei umumnya relatif asyik-asyik saja dalam menanggapi  jagoan masing-masing terutama yang berada di 5 besaran: Prabowo, Anies, Ganjar, Ridwan Kamil, dan nama lain yang saling menikung. Sejauh ini tidak satu pun dari nama-nama yang disodorkan lembaga survei  itu terang-terangan menggalang dukungan.

Survei elektabilitas capres oleh Polmatrix, Mei 2020 (Antara/ pikiran-rakyat.com).
Survei elektabilitas capres oleh Polmatrix, Mei 2020 (Antara/ pikiran-rakyat.com).
Survei elektabilitas capres oleh Y-Publica, Mei 2021 (Y-Publica/ merdeka.com).
Survei elektabilitas capres oleh Y-Publica, Mei 2021 (Y-Publica/ merdeka.com).
Andai muncul rasa kepedean atau kegeeran dari kontestan yang unggul elektabilitas sebenarnya manusiawi. Namanya juga manusia, asal kerja dan tugas tidak terkalahkan oleh status medsos atau pencitraan. Anggap saja pemacu motivasi kerja dan hiburan politik bagi publik.

Begitu juga dengan Ganjar Pranowo. Interaksi  yang terjadi melalui akun medsos tampaknya masih normal dalam kapasitas sebagai public figure. Sisi praktis yang penulis amati justru  warga jadi mudah mencolek Ganjar dalam menyelesaikan urusan-urusan pelayanan publik di Jawa Tengah.

Aktif di medsos bukan berarti kerja di lapangan jadi mandek. Jika dibandingkan dengan sesama kepala daerah yang setingkat, intensitas Gubernur Jateng turun ke lapangan ini tidak mengecewakan.

Tafsir PDIP bahwa Ganjar sudah "kemajon" (mendahului) yang berlatar belakang hasil survei  ini yang kemudian perlu dipertanyakan. Diksi yang dikemukakan Bappilu PDIP Bambang Wuryanto ini seolah menjadi titik api permasalahan.

Jika pembandingnya adalah Puan, dengan atau tanpa Ganjar popularitasnya memang masih kurang menggembirakan. Justru sebagai sesama kader separtai  mestinya Bambang atau Puan turut mendukung, ada wakil partai yang mengimbangi  figur-figur unggulan dari partai pesaing.

Faktor-faktor itu yang membuat narasi kudeta capres PDIP jadi kurang menarik. Ganjar masih terlalu superior dibanding putri kandung Megawati ini. Di luar faktor genetis. Di sisi lain, menyadari bahwa narasi itu rentan salah paham atau disalahpahami Ganjar juga tampak menjadi sangat berhati-hati dan irit bicara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun