Kader Gerindra tersingkir Arief Poyuono mendaur ulang wacana amandemen UUD 1945 yang memungkinkan presiden menjabat selama 3 periode. Usulan Poyuono 17 Februari lalu itu kemudian digoreng Amien Rais dan politisi PKS Mardani Ali Sera, Sabtu 13/3 kemarin.
Amien Rais (detik.com, 13/3/2021):
"Jadi mereka akan mengambil langkah pertama meminta sidang istimewa MPR, yang mungkin satu, dua pasal yang katanya perlu diperbaiki yang mana saya juga tidak tahu, tapi kemudian nanti akan ditawarkan baru yang kemudian memberikan hak presidennya itu bisa dipilih tiga kali, nah kalau ini betul-betul keinginan mereka, maka saya kira kita bisa segera mengatakan ya innalillahi wa inna ilaihi rajiun."
Catatan media menunjukkan bahwa wacana presiden 3 periode pernah dilontarkan Nasdem tahun 2019 lalu.
Ketua Umum Nasdem, Surya Paloh, tercatat menggelindingkan diskursus itu 23/11/2019 di Jatim Expo, Surabaya. Lontaran Surya Paloh digaungkan pula kader-kader Nasdem di Senayan.
Jokowi sudah menjawab --dengan sinis-- usulan tersebut. Beberapa hari kemudian di Istana Merdeka ia mengatakan bahwa wacana presiden 3 periode adalah upaya untuk menjerumuskan dirinya.
Presiden Jokowi (kompas.com, 2//12/2019):
"Kalau ada yang usulkan itu, ada tiga (motif) menurut saya, ingin menampar muka saya, ingin cari muka, atau ingin menjerumuskan. Itu saja."Â
Singkat, telak, tegas, dan tanpa tedeng aling-aling. Dari 3 motif dugaan Jokowi atas rencana amandemen presiden 3 periode itu tak satu pun yang bernada positif.
Apabila melihat konteks politik saat ini di mana ruang publik disesaki berita tentang Demokrat, maka usaha Amien Rais dan PKS menggoreng isu presiden 3 periode lebih mengarah pada pancingan perhatian publik.
Amien Rais saat ini adalah inisiator sekaligus ujung tombak Partai Ummat, partai sempalan dari PAN. Branding partai baru yang dinakhodai dirinya perlu diluncurkan sesegera mungkin sebagai partai yang vokal menantang petahana.
Demikian pula dengan PKS. Beberapa waktu belakangan pemberitaan partai tersebut sayup-sayup tergerus gaung wacana kudeta Demokrat.
Orkestrasinya tampak jelas, framing negatif dalam isu presiden 3 periode muncul ketika wacana kudeta Demokrat mulai redup. Kekosongan ini yang tampaknya sedang diolah Amien Rais dan Mardani Ali Sera. Mereka mendesak agar Jokowi menjawab isu tersebut. Identik dengan Demokrat yang mengemis tanggapan Jokowi atas keterlibatan KSP Moeldoko dalam KLB Demokrat di Deli Serdang.
Respons istana mudah ditebak. Jokowi tak akan mudah terpancing dengan umpan Amien Rais dan PKS. Sama seperti kasus kudeta Demokrat. Lagi pula bukankah Jokowi sudah menjawab hal itu 2 tahun lalu?
Arief Poyuono (republika.co.id, 13/3/2021):
"Tapi, memang kalau saya melihat ke arah sana untuk tiga periode itu sebenarnya ada wacana ke sana. Test on the water-nya itu sudah terjadi itu di pilkada mantu dan anaknya bagaimana seluruh partai itu bisa mendukung anaknya dan mantunya, hanya ditinggalkan dua (partai) sebagai syarat."
Dengan menggulirkan wacana presiden 3 periode seolah ia menggali lubang kedua yang sudah jelas pada lubang terdahulu Jokowi terbukti lolos. Tak hanya itu, dalam pernyataan sebelumnya 27 Februari itu Poyuono juga cenderung mendiskreditkan Ketum Gerindra Prabowo sebagai figur yang tidak akan cakap memimpin sebagai presiden.
Jika yang menjadi sasaran tembak adalah Prabowo, motifnya lebih mengarah pada katarsis sakit hati karena tersingkir dari kepengurusan DPP Gerindra. Namun jika Poyuono bermaksud memainkan hal itu terhadap Jokowi maka sebaiknya ia membaca kembali jawaban presiden 2 Desember 2019 itu.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H