Yang pertama WhatsApp menyatakan mulai saat ini akan berbagi status. Kemudian berikutnya pernyataan bahwa soal privasi pengguna merupakan komitmen yang tidak baru. Hal itu dapat diartikan sebagai langkah mundur untuk tetap menerapkan kebijakan lama dan tidak meneruskan kebijakan berbagi data rahasia penggunanya.
WhatsApp juga menegaskan bahwa percakapan pribadi antar pengguna tidak dapat dibaca atau didengar pihak lain karena terenkripsi secara end-to-end. Status yang terakhir menjadi pembuka bagi rangkaian info lain, WhatsApp mulai sekarang akan berbagi status dengan pengguna.
Bagi penulis sendiri keputusan hijrah atau tidak bukanlah merupakan keputusan individu. Jika relasi tidak peduli dan masih tetap setia ya berarti harus tetap pasang. Jika mayoritas terpengaruh dan akhirnya sama-sama cabut ya apa boleh buat. Media sosial kan media untuk berinteraksi, masa harus dipakai sendiri, berbicara sendiri baca sendiri.
Bisa juga sama-sama pasang aplikasi atau platform lain, bikin hape palugada. Media lu apa, di hape gue ada. Namun tentunya hal itu berarti harus sedia jatah memori dan sedikit keribetan untuk loncat sana loncat sini. Berayun dari satu platform ke platform lain seperti Tarzan menggelayut di sulur-sulur pepohonan.
Apa pun hasil akhir nanti para pemilik modal (mudah-mudahan) semakin yakin. Soal privasi adalah harga mati yang semakin menjadi kesadaran publik. Salah buat kebijakan akan berujung gosong saham di pasar modal.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI