Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Trending #WhatsApp, Yakin Masih Niat Hijrah?

29 Januari 2021   08:26 Diperbarui: 29 Januari 2021   08:28 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sindiran atas kebijakan WhatsApp (Moinazim Graphics).

WhatsApp sekarang punya akun ... WhatsApp. Empat statusnya hari ini mengundang komentar warga dan trending di twitter.

Ternyata betul, penulis langsung membuka akun dan ternyata ada empat pengumuman yang disampaikan. Sudah dapat diduga isinya, seputar kegalauan platform tersebut yang terancam ditinggal pengguna. Hal itu berkaitan dengan "ancaman" WhatsApp sendiri yang akan berbagi info pengguna kepada platform lain yang masih satu grup yaitu Facebook.

Sebelumnya secara semena-mena WhatsApp menyandera akun pengguna agar setuju kebijakan membagi info pengguna per 8 Februari 2021. Sebuah langkah yang luar biasa nekad.Padahal pada masa sekarang ibaratnya platform medsos itu kawula sedangkan pengguna adalah raja.

Serentak respon terbuka dari pengguna bersahut-sahutan menyambut kebijakan tersebut. Agitasi para influencer sukarelawan menyeru untuk eksodus ke platform lain seperti Telegram dan Signal. Platform-platform sebelah itu tersenyum lebar dan buka gerbang menyambut ikan-ikan yang hanyut tersapu banjir bandang.

Dampaknya jelas. Data yang disebutkan detik.com mencatat bahwa secara global 7,5 akun pindah ke Signal dan 25 juta lainnya boyongan ke Telegram.

Di Inggris urutan WhatsApp terjun bebas, dari nomor 8 klasemen jadi nomor 23. Sementara Signal yang --dijagokan Elon Musk-- mengangkasa, dari urutan di bawah 1000 menjadi yang teratas sebagai aplikasi yang paling banyak diunduh. Sementara itu di India, salah satu basis pengguna terbesar, keresahan semakin meliar.

Aplikasi yang didirikan Jan Koum dan Brian Acton sadar sedang terjerumus. Segera kebijakan darurat diambil untuk mencegah eksodus berlanjut.

Di India WhatsApp pasang iklan besar-besaran di 10 media terkemuka berbahasa Inggris dan Hindi. Selain itu deadline 8 Februari akhirnya batal. Pengumuman terakhir menyatakan bahwa kebijakan berbagi info pengguna diundur jadi tanggal 15 Mei (kompas.com, 20/ 01/ 2021).

Customer yang terlanjur emosi tak serta merta percaya bualan pengunduran itu. Apa gunanya diundur jika pada akhirnya kebijakan yang melanggar privasi itu akan berlaku juga, cepat atau lambat.

Tetapi agaknya pengunduran itu sebagai siasat untuk melakukan pembatalan kebijakan secara permanen. Netizen yang sensitif harus secepatnya dicegat di batas kota dan dirayu agar mengurungkan niat untuk migrasi.

Tangkapan layar status WhatsApp 1 (dokpri)
Tangkapan layar status WhatsApp 1 (dokpri)
Empat status yang muncul di layar pengguna pagi ini sebagai buktinya.

Yang pertama WhatsApp menyatakan mulai saat ini akan berbagi status. Kemudian berikutnya pernyataan bahwa soal privasi pengguna merupakan komitmen yang tidak baru. Hal itu dapat diartikan sebagai langkah mundur untuk tetap menerapkan kebijakan lama dan tidak meneruskan kebijakan berbagi data rahasia penggunanya.

WhatsApp juga menegaskan bahwa percakapan pribadi antar pengguna tidak dapat dibaca atau didengar pihak lain karena terenkripsi secara end-to-end. Status yang terakhir menjadi pembuka bagi rangkaian info lain, WhatsApp mulai sekarang akan berbagi status dengan pengguna.

Tangkapan layar status WhatsApp 2 (dokpri).
Tangkapan layar status WhatsApp 2 (dokpri).
Apakah langkah emergency WhatsApp akan mendapat sambutan positif? Analisis respon dari netizen global saat ini sedang dipelototi serius di kantor pusat dan lab R and D  mereka.

Bagi penulis sendiri keputusan hijrah atau tidak bukanlah merupakan keputusan individu. Jika relasi tidak peduli dan masih tetap setia ya berarti harus tetap pasang. Jika mayoritas terpengaruh dan akhirnya sama-sama cabut ya apa boleh buat. Media sosial kan media untuk berinteraksi, masa harus dipakai sendiri, berbicara sendiri baca sendiri.

Bisa juga sama-sama pasang aplikasi atau platform lain, bikin hape palugada. Media lu apa, di hape gue ada. Namun tentunya hal itu berarti harus sedia jatah memori dan sedikit keribetan untuk loncat sana loncat sini. Berayun dari satu platform ke platform lain seperti Tarzan menggelayut di sulur-sulur pepohonan.

Apa pun hasil akhir nanti para pemilik modal (mudah-mudahan) semakin yakin. Soal privasi adalah harga mati yang semakin menjadi kesadaran publik. Salah buat kebijakan akan berujung gosong saham di pasar modal.***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun