Kekuasaan yang dimiliki Jokowi -Maruf saat ini adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dalam pilpres terakhir kita menyaksikan bagaimana Maruf Amin naik cawapres sebagai kandidat yang tak disangka-sangka. Mengeliminasi calon-calon lain yang jauh lebih populer seperti Moeldoko atau Mahfud MD.
Demikian pula dengan Jokowi sendiri.
Jokowi datang ke ibukota dari Surakarta bukan karena keinginannya sendiri. Prabowo salah satunya yang membawa. Berharap agar Jokowi membantu mengkondisikan suara Jakarta untuk mendukungnya kelak dalam pilpres.
Setelah Jokowi menjadi Gubernur Jakarta, keadaan berubah. Dua tahun pertama menjabat, publik terkesima menyaksikan kinerja mantan walikota yang cekatan dan antipencitraan. Cocok untuk dicalonkan jadi presiden.
Waktu itu, Jokowi sampai harus diyakinkan berkali-kali untuk maju pilpres pertamanya 2014, antara lain oleh Megawati. Agar tak segan bertarung melawan Prabowo.
Dalam perhelatan pesta demokrasi itu Jokowi akhirnya menang. Berbagai fitnah dan kampanye hitam gagal total untuk membuatnya terjegal.
Pilpres 2019 sudah tentu Jokowi lebih kuat. Lawan yang sama, Prabowo Subianto, dipelintir dengan mudah. Selisih suara semakin terpaut jauh meski kampanye hitam tak kunjung reda. Fitnah dan hoaks yang menyudutkan reputasi petahana gagal kembali untuk yang kedua kalinya.
Kemenangan berulang Jokowi atas Prabowo memunculkan lelucon;  andai pilpres digelar untuk yang ketiga kali, Jokowi  kayaknya akan menang lagi.
Niat Prabowo maju Pilpres 2024
Soal Prabowo maju dalam pilpres mendatang sudah ada tanda-tandanya. Kegigihan Gerindra melindungi patronnya dari serangan kritik menunjukkan hal itu. Menjaga citra jangan sampai ternoda. Kalau hal itu terjadi lama kelamaan basis suara bisa tergerus.
Wajarlah kalau partai melindungi ketum. Namun untuk membaca niat Prabowo maju pilpres lagi mesti ada pertanda lain.
Isyarat itu adalah kunjungan Prabowo ke Amerika Serikat Oktober lalu. Gerindra mengatakan bahwa kunjungan tersebut adalah atas undangan Menhan Mark Esper. Baik jubir Dahnil Anzar maupun Fadli Zon serempak seirama menyatakan arti penting kunjungan menhan ke Amerika.
Namun demikian cerita pengamat punya versi yang berbeda.
Menurut para kritikus HAM Indonesia, Prabowo masuk AS karena usaha pelobi swasta. Â Prabowo memerlukan jasa partikelir karena sudah 20 tahun dicekal masuk Washington. Musababnya adalah karena persoalan HAM, antara lain kasus Jakarta 1998 dan Timtim.
Salah satu nama yang disebut berada di balik keberhasilan Prabowo masuk AS adalah James N Frinzi. Menhan Prabowo ditengarai menghubungi Frinzi agar dimediasi pada Desember 2019 lalu (nytimes.com, 14/10/2020). Â
Frinzi and Associates, Our Services:
...
U.S. Government Relations
We have the capabilities to represent your foreign interests in the United States by offering regulatory, trade, and government affairs support. We recognize that legislation and agency policy decisions across a wide range of sectors will impact a nation or an organization’s vitality in a manner much more profound than court judgments. Political resistance towards a nation, an entire sector, or even a product can even lead to calamity on a large scale. From foreign governments, to businesses or associations we can help build support and move agendas like no other.
...
Perselisihan dagang dengan Tiongkok dan persaingan hegemoni di Laut China Selatan menjadi faktor mengapa Paman Sam memandang perlu bekerja sama dengan ASEAN. Mencegah pengaruh China di kawasan Asia Tenggara.
Masalah barter kepentingan tentu hal yang wajar. Tetapi usaha aktif Prabowo masuk ke sana adalah satu isyarat. Prabowo ingin membersihkan nama baiknya yang tercemar HAM di level internasional. Semacam calon bupati yang mengurus SKCK menjelang pilkada.
Poyuono --kader Gerindra yang tertendang-- Â sekali waktu pernah menyinggung hal itu (wartakota.com, 16/9). Jika Prabowo ingin maju pilpres lagi maka soal HAM ini harus diurus. Dan begitulah yang sedang terjadi.
"Mumpung masih ada waktu panjang. Partai harus mengupayakan kekuatan hukum tetap yang menyatakan Prabowo Subianto bersih dan tidak terlibat dalam kerusuhan Mei 1998 yang berbau SARA dan tidak terlibat dalam penculikan aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang sampai saat ini masih hilang."Â
Peluang Prabowo, survei terakhir
Pencabutan larangan bertandang yang diberlakukan AS pada Prabowo sudah dicabut. Itu fakta dan menjadi poin positif.
Jangan-jangan, karena hal itu pula Prabowo rela menjadi menteri Jokowi. Menjadi menteri otomatis bisa mewakili negara. Seperti yang ditayangkan media, kelar kunjungan ke Amerika, Prabowo terbang ke Austria, lalu ke Perancis dan Turki. Seperti sedang kejar tayang. Mudah-mudahan tidak lupa sawah di Kalteng yang harus diurus.
Tetapi soal pilpres tentu bukan hanya relasi luar negeri. Pencitraan punya jaringan luas itu bagus tetapi bukan satu-satunya.
Dalam peta persaingan menjelang kontestasi, sejumlah nama sudah mulai terdeteksi. Sederet figur  yang berpeluang maju menjadi capres atau cawapres nanti.
Dalam survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia, (calon) pesaing Prabowo sudah terdata. Bahkan sudah ada pula yang menyalip peluang, Ganjar Pranowo. Dominasi Prabowo dalam jajak pendapat terbukti sudah terpatahkan (kompas.com, 26/10/2020).
Burhanudin Muhtadi mencatat, dalam 3 survei di bulan September Ganjar selalu berhasil mengasapi Prabowo sebagai runner up. Padahal bulan Agustus sebelumnya, enam lembaga survei masih menjagokan Prabowo sebagai kandidat terkuat (cnnindonesia.com, 05/08/2020).
Hasil yang didapat Burhanudin menunjukkan bahwa angka elektabilitas Ganjar mencapai 18,7%. Perolehan Gubernur Jateng itu terpaut dua poin di atas Prabowo yang cuma 16,8%. Kandidat terdekat lainnya  yaitu Anies Baswedan  untuk sementara mendapat medali perunggu dengan perolehan 14,4%.
Ada sekira belasan calon lain di luar tiga besar tadi.
Nama-nama seperti Ridwan Kamil, Gatot, AHY, Puan Maharani; yang masih harus berjuang di papan tengah. Banyak pula nama yang berada di zona degradasi dengan perolehan di bawah 1%.
Namun satu hal mesti dicamkan jika Ketum Gerindra itu masih ngebet jadi RI-1. Langkahnya menuju istana ---untuk yang kesekian kali-- tidak akan pernah mudah.
Manuver kader Gerindra sebagai beban Prabowo
Selain ketatnya persaingan calon yang berpeluang maju, masalah yang dihadapi Prabowo adalah beban manuver kader Gerindra yang berpotensi  jadi batu sandungan.
Salah satunya adalah kegemaran anak buah Prabowo mengumbar isu komunis.
Ahmad Dhani  sekali waktu melakukan hal itu awal Oktober lalu terhadap PDIP. Mungkin karena dikeplak bosnya, tak makan waktu lama musisi kepala gundul itu mencabut pernyataannya.
Tak hanya bos Dewa 19, kawannya sesama Gerindra, Fadli Zon, termasuk yang cenderung mengipasi atmosfir bahaya laten ala orde baru. Isu tersebut digunakan secara serampangan untuk menyerang lawan politiknya.
Misalnya, pilihan istilah vaksin palu arit ketika Fadli Zon mengkritik impor vaksin dari China. Atau pembelaannya kepada Sugik Nur yang diciduk polisi.
Sugik Nur dicokok berdasarkan laporan santri Jember yang marah dengan tudingan penumpang PKI di bis Nahdliyin. Sugik melontarkan hal itu dalam wawancara di kanal Youtube Refly Harun. Persoalan fitnah itu yang membuat Sugik dijemput polisi, bukan akibat ulahnya mengkritisi pemerintah.
Narasi Fadli Zon yang mengatakan seolah-olah aparat represif tentu tidak bersambung dengan nalar. Penangkapan Sugik adalah karena pengaduan sesama warga yang nama baiknya dicemarkan. Bukan persoalan Sugik dengan rezim Jokowi.
Ayub Junaedi, GP Anshor Jember (detik.com, 20/10/2020):
"Dengan mengatakan bahwa NU sopirnya mabuk, kondekturnya teler, dan kernetnya ugal-ugalan, dan isi busnya PKI, liberal, dan sekuler. Menurut kami ini telah mencemarkan nama Nahdlatul Ulama, dan juga (dianggap) menyebarkan ujaran kebencian."Â
Fadli Zon soal Sugik (pikiran-rakyat.com, 24/10/2020):
"Harus ada yang mendata dan mencatat bahkan membukukan sudah berapa banyak orang ditangkap karena UU ITE yang diinterpretasikan seperti ini. Jelas ini penistaan terhadap konstitusi, demokrasi dan hak asasi manusia. ... Penangkapan-penangkapan seperti ini mirip seperti di zaman penjajahan Belanda dan Jepang dulu."Â
Akan tetapi melalui hal itu pula barangkali cara Tuhan memberi tahu NU agar berhati-hati.
Terlepas dari masalah siapa presiden 2024 nanti, perlu juga sedikit kewaspadaan soal bagaimana jika Gerindra berkuasa. Soal apakah ada kemungkinan NU dikerdilkan atau bahkan dipersekusi. Kembang-kembangnya sudah bertunas seperti dalam kasus Sugik Nur yang mendapat simpati Fadli Zon.
Pengalaman NU era Soeharto  berkuasa  menjadi pengalaman berharga. Bagaimana NU zaman orba  diperlakukan pemerintah sudah kerap diceritakan para sesepuh, antara lain oleh almarhum Gus Dur sendiri.
Hal-hal seperti itu yang perlu mulai dibaca para simpatisan keberagaman dan masyarakat anti fitnah. Pilpres adalah satu hal, tetapi partai yang mendukungnya juga mesti dicermati. Jangan sampai demokrasi menjadi kendaraan kelompok radikalis dan meminggirkan umat beragama garis moderat.
Jika Tuhan sudah menuliskan Prabowo jadi RI-1 tentu pasti jadinya; dengan hasil survei nyungsep sekalipun. Hanya Dia yang memberi dan mengambil kekuasaan kepada orang sesuai takdir yang ditetapkan.
Meskipun demikian, sebagai warga negara yang normal kita perlu berdoa dan berusaha agar jangan sampai kekuasaan dipegang oleh orang atau partai yang bermasalah.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H