Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pilpres 2024, Kembang-kembang Kegagalan Prabowo Mulai Mekar

26 Oktober 2020   08:11 Diperbarui: 27 Oktober 2020   01:49 2522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satunya adalah kegemaran anak buah Prabowo mengumbar isu komunis.

Ahmad Dhani  sekali waktu melakukan hal itu awal Oktober lalu terhadap PDIP. Mungkin karena dikeplak bosnya, tak makan waktu lama musisi kepala gundul itu mencabut pernyataannya.

Tak hanya bos Dewa 19, kawannya sesama Gerindra, Fadli Zon, termasuk yang cenderung mengipasi atmosfir bahaya laten ala orde baru. Isu tersebut digunakan secara serampangan untuk menyerang lawan politiknya.

Misalnya, pilihan istilah vaksin palu arit ketika Fadli Zon mengkritik impor vaksin dari China. Atau pembelaannya kepada Sugik Nur yang diciduk polisi.

Sugik Nur dicokok berdasarkan laporan santri Jember yang marah dengan tudingan penumpang PKI di bis Nahdliyin. Sugik melontarkan hal itu dalam wawancara di kanal Youtube Refly Harun. Persoalan fitnah itu yang membuat Sugik dijemput polisi, bukan akibat ulahnya mengkritisi pemerintah.

Narasi Fadli Zon yang mengatakan seolah-olah aparat represif tentu tidak bersambung dengan nalar. Penangkapan Sugik adalah karena pengaduan sesama warga yang nama baiknya dicemarkan. Bukan persoalan Sugik dengan rezim Jokowi.

Ayub Junaedi, GP Anshor Jember (detik.com, 20/10/2020):

"Dengan mengatakan bahwa NU sopirnya mabuk, kondekturnya teler, dan kernetnya ugal-ugalan, dan isi busnya PKI, liberal, dan sekuler. Menurut kami ini telah mencemarkan nama Nahdlatul Ulama, dan juga (dianggap) menyebarkan ujaran kebencian." 

Fadli Zon soal Sugik (pikiran-rakyat.com, 24/10/2020):

"Harus ada yang mendata dan mencatat bahkan membukukan sudah berapa banyak orang ditangkap karena UU ITE yang diinterpretasikan seperti ini. Jelas ini penistaan terhadap konstitusi, demokrasi dan hak asasi manusia. ... Penangkapan-penangkapan seperti ini mirip seperti di zaman penjajahan Belanda dan Jepang dulu." 

Akan tetapi melalui hal itu pula barangkali cara Tuhan memberi tahu NU agar berhati-hati.

Terlepas dari masalah siapa presiden 2024 nanti, perlu juga sedikit kewaspadaan soal bagaimana jika Gerindra berkuasa. Soal apakah ada kemungkinan NU dikerdilkan atau bahkan dipersekusi. Kembang-kembangnya sudah bertunas seperti dalam kasus Sugik Nur yang mendapat simpati Fadli Zon.

Pengalaman NU era Soeharto  berkuasa  menjadi pengalaman berharga. Bagaimana NU zaman orba  diperlakukan pemerintah sudah kerap diceritakan para sesepuh, antara lain oleh almarhum Gus Dur sendiri.

Hal-hal seperti itu yang perlu mulai dibaca para simpatisan keberagaman dan masyarakat anti fitnah. Pilpres adalah satu hal, tetapi partai yang mendukungnya juga mesti dicermati. Jangan sampai demokrasi menjadi kendaraan kelompok radikalis dan meminggirkan umat beragama garis moderat.

Jika Tuhan sudah menuliskan Prabowo jadi RI-1 tentu pasti jadinya; dengan hasil survei nyungsep sekalipun. Hanya Dia yang memberi dan mengambil kekuasaan kepada orang sesuai takdir yang ditetapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun