Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Polemik Buku Felix Siauw dan Cerita Al Fatih di Bangka Belitung

3 Oktober 2020   09:35 Diperbarui: 3 Oktober 2020   10:09 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Felix Siauw (kumparan.com).

Kepulauan Bangka Belitung sedang hangat menjadi berita. Tidak berkaitan dengan Covid-19 dan bukan soal nobar film G30S/PKI.

Instruksi Disdik Provinsi Bangka Belitung yang mewajibkan siswa SMA/SMK membaca buku Felix Siauw dibatalkan hanya dalam tempo 1 jam. Pukul 20.00 tanggal 30 September 2020 terbit, pukul 21.00 langsung dibuat pembatalannya. Surat kedua terbit hari berikutnya, 01 Oktober 2020. Demikian menurut  David Wijaya.

Via twitter akun @DavidWijaya82 menyampaikan hasil konfirmasi empat mata langsung dengan kepala dinas. Hasilnya antara lain info bahwa yang mengetik surat Kepala Disdik Drs. Muhammad Soleh itu ternyata adalah sekretarisnya. David juga memberi pandangan sekilas tentang  kepala dinas yang menurutnya adalah sosok guru yang cinta NKRI.

Di akhir paparan David menyampaikan terima kasih kepada Eko Kuntadhi dan Denny Siregar. Berkat cuitan mereka ia bisa mengkonfirmasi permasalahan langsung kepada disdik pada hari itu juga.

Berdasarkan kronologi penjelasan David dan bukti surat, ada beberapa poin yang menjadi sebab mengapa instruksi Disdik dibatalkan dalam hitungan jam.

  • Instruksi kepada siswa SMA untuk membaca buku "Muhammad Al Fatih 1453" karangan Felix Siauw. Tujuannya untuk memupuk semangat literasi.
  • Siswa diwajibkan merangkum buku tersebut dan menyerahkan ke sekolah. Dari sekolah se-Bangka-Belitung itu rangkuman buku hasil kerja siswa kemudian dikumpulkan ke Dinas Pendidikan Babel.
  • Setelah mendapat masukan dan saran, kepala dinas membatalkan instruksi dan mengakui bahwa ia kurang begitu paham latar belakang pengarang buku yaitu Felix Siauw.

Surat Disdik Babel berisi instruksi dan pembatalannya yang dilampirkan David Wijaya (twitter.com, @DavidWijaya82).
Surat Disdik Babel berisi instruksi dan pembatalannya yang dilampirkan David Wijaya (twitter.com, @DavidWijaya82).
Polemik didahului sebuah kasus yang mirip

Sebelumnya pernah juga ada instruksi untuk merangkum cerita Al Fatih.

Yang mengeluarkan instruksi bukan kepala dinas, tetapi langsung dari Gubernur Erzaldi Rosman Djohan pada 04 Februari 2019. Ia membuat perintah itu karena melihat minat baca pelajar yang rendah di daerahnya (babel.antaranews.com, 04/02/2019).

Penelusuran lanjutan, pada 24 Mei  2018 dalam safari Ramadan Erzaldi juga diketahui sempat menyampaikan keinginan agar anak-anak Babel seperti Al Fatih. Dan 14 Desember 2018 berita yang serupa muncul di web humas.babelprov.go.id. Bagusnya saat ini tautan tidak bisa diakses sepenuhnya.

Tangkapan layar penelusuran tentang instruksi Gubernur Babel yang berkaitan dengan tema Al Fatih, diakses 03/10/2020 pukul 09.17 (Dokpri).
Tangkapan layar penelusuran tentang instruksi Gubernur Babel yang berkaitan dengan tema Al Fatih, diakses 03/10/2020 pukul 09.17 (Dokpri).
Mengomentari polemik surat Disdik Babel yang sedang disoal itu, Erzaldi Rosman mengatakan bahwa ia "tidak tahu" bahwa pengarang buku Al Fatih adalah Felix Siauw. Namun soal cerita Al Fatih yang menaklukkan Konstantinopel ia sudah pasti tahu berdasarkan instruksinya tahun 2019 lalu itu.

Erzaldi Rosman (wartabangka.com, 02/10/2020):

"Itu (surat edaran-red) sudah ditarik, hal ini spontan kita edarkan karena saya melihat tokoh Al Fatih itu yang bagus dijadikan motivasi dan contoh anak-anak, tapi saya nggak tau kalau penulisnya Felix Siauw."

Hampir senada pernyataan Erzaldi tersebut dengan klarifikasi Soleh.

Muhammad Soleh (bangka.sonora.id, 02/10/2020):

"Kita tidak melihat pengarang buku termasuk organisasi masyarakat yang dilarang pemerintah, dengan ketidaktahuan itu, kami kemudian membatalkan edaran tesebut."

Tentang buku Felix Siauw

Felix Siauw adalah juga seorang penulis buku selain dianggap sebagai ustad bagi sebagian kalangan umat. Sudah ada sekitar 9 buku buah karyanya sejak menjadi mualaf beberapa tahun lalu. Selain tentang Al Fatih, Felix juga menulis soal kekhalifahan Ottoman dan sebuah buku berjudul "Khilafah Remake".

Buku tentang Al Fatih yang tebalnya 318 halaman penulis belum membacanya dan kurang tertarik membelinya meski dipajang di banyak toko online. Hanya dari beberapa resensi dapat diketahui, kemungkinan buku itu terbit tahun 2012. Penerbitnya Khilafah Press.

Latar belakang mengapa buku Felix menjadi polemik adalah karena afiliasinya dengan HTI, Hizbut Tahrir Indonesia.

Pemerintah membekukan HTI pada 2017 karena dianggap tidak sesuai dengan ideologi Pancasila yaitu karena berperan dalam penyebaran paham khilafah. Bukti yang menjadi landasan adalah Muktamar HTI tahun 2013 yang berlangsung pada era SBY.

Selain Indonesia negara-negara lain juga banyak yang melarang organisasi trans-nasional tersebut. Ada 20 negara yang sebagian besar penduduknya justru adalah umat Islam. Di antaranya yaitu Mesir, Arab Saudi, Malaysia, Yordania, dan Pakistan.

Kemarin Erzaldi sendiri mengakui telah mendapat "penjelasan" dari MUI pada bagian mana dari buku Felix yang mengandung kontroversi. Jika Erzaldi sudah baca buku itu tahun-tahun sebelumnya berarti ia tak tahu siapa pengarangnya dan tidak mendapat pencerahan adanya paragraf-paragraf kontroversial.

Buku dilawan buku

Apakah cerita Al Fatih perlu dilarang? Dan apakah buku Felix harus dilarang?

Nanti dulu, harus tahu letak perkaranya ada di mana. Lagi pula sejarah Al Fatih dari Dinasti Ottoman adalah fakta. Soal pemelintiran narasi untuk kepentingan propaganda itu beda kamar.

Surat diknas di Babel menjadi masalah karena pengarangnya Felix Siauw adalah aktivis HTI, organisasi terlarang. Itu pertama. Kemudian yang kedua adalah, berdasarkan penjelasan MUI kepada Gubernur Babel Erzaldi tadi, terdapat hal-hal kontroversi dalam bukunya Felix.

Kesimpulan, ada hal kontroversi dalam buku tentang Al Fatih karangan Felix Siauw menurut MUI Babel. Perkara ini yang jadi pangkal permasalahan.

Kalau ada yang tidak beres dalam isi buku, siapakah yang punya kuasa meminta penjelasan? Di sini menjadi masalah lagi.

Kalau terkait pribadi mestinya orang yang dirugikan yang buat pengaduan, atau lembaga. Kalau terkait ideologi mungkin Kehakiman yang berhak minta penjelasan. Kalau keyakinan? Mentok. Tuhan sendiri yang bisa masuk wilayah ini.

Jika ada yang paham mana bagian kontroversi dari buku karangan Felix maka ia punya tanggung jawab membuat pembanding. Contohnya mungkin sosok ini, Ayik Heriansyah.

Ayik adalah mantan ketua  HTI Babel 2004-2010 sekaligus  pelopor tanzhim HTI di wilayah tersebut. Tahun 2011 ia drop out karena beda paham dengan DPP HTI. Sekarang Ayik lebih nyaman mengaji dalam lingkungan NU, Nahdlatul Ulama (duta.co, 13/05/2018).

Perihal  HTI ini NU maunya bersikap merangkul dan tidak memusuhi.

Sekjen PBNU Helmy Faishal tentang HTI:

"Mari bergabung dengan NU untuk wujudkan dakwah Islam yang damai dan toleran dalam bingkai NKRI dan Pancasila."

Perlu juga NU dan orang seperti Ayik untuk membuat buku pembanding sebagai bantahan atas buku-buku Felix Siauw. Aturan mainnya begitu.

NU punya khazanah keilmuan tentang Islam yang luar biasa; noblesse oblige, harus pula berkenan menerangi sudut kegelapan atau remang-remang dengan cahayanya. Senjata NU adalah ilmu, bukan pentungan.

Mohon maaf kalau Ayik dan atau yang lain sudah ada membuat buku pembanding atas buku-buku Felix. Kalau yang ini saya juga mau baca.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun