Adakah orang  Indonesia yang ingin kembali diperintah Belanda atau Jepang? Tentu tak ada.
Tetapi akhir-akhir ini kerap bermunculan sekelompok orang mengagung-agungkan bendera negara asing. Hilir mudik iring-iringan massa membawa bendera negara lain saat berunjuk rasa. Selain bendera negara asing, di medsos acap kali muncul netizen yang mengelu-elukan kepala negara asing.Â
Seringnya muncul bendera asing dalam demo masih "lumayan". Kadang-kadang kelompok-kelompok eksklusif yang merasa diri lebih baik itu melakukan tindakan intoleran yang memaksakan kehendak atau kebenaran sendiri.Â
Hari Sabtu malam, 8 Agustus 2020, terjadi keributan di Pasar Kliwon, Solo. Sekelompok massa membubarkan acara pernikahan warga karena dianggap sesat menurut mereka. Beberapa warga menjadi korban pemukulan, bahkan termasuk Kapolresta Solo Raya (jateng.inews.id, 09/ 08/ 2020).
Kemerdekaan yang kita raih tahun 1945 sudah melalui rangkaian pengorbanan yang amat panjang. Entah berapa juta pengorbanan jiwa yang telah jatuh hingga Indonesia bisa menghirup udara segar hari ini.
Oleh karena itu tidak akan pernah kita serahkan warisan para pendahulu kita kepada siapapun; bahkan atas nama agama sekalipun. Kita sendiri adalah orang-orang beragama, bukan kaum atheis. Ulama-ulama kita sendiri, rohaniwan, dan ahli agama dalam negeri sudah cukup memadai.
Jika ada segelintir warga yang menganggap pemerintah asing lebih baik maka seharusnya yang bersangkutan hijrah ke sana sendiri. Negara memfasilitasi dan bila perlu menyediakan tiket; daripada mengganggu dan membuat gaduh kehidupan yang tenteram dan damai di negeri sendiri.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H