Baterai lithium adalah produk penyimpanan energi listrik yang bersifat  portable seperti baterai HP. Aspek strategis ini tentu esensial karena BBM sebagai sumber energi konvensional mobil dan motor akan tergeser. Negara-negara petrodollar sedang menatap senjakala, mafia migas harus segera mencari lapak baru.
Saat ini baru 4 negara yang masuk industri baterai lithium: Amerika Serikat, China, Polandia, dan Korea Selatan. Indonesia bisa menjadi yang kelima kalau tidak ada yang menjegal; baik dari luar maupun dari dalam. Catat: penjegalan dari dalam! Atau sangat mungkin terbentuk duet kepentingan, agen luar dan oknum dari dalam.
Pemerintah menginginkan Indonesia segera masuk industri baterai lithium dengan memanfaatkan potensi nikel kita yang luar biasa. Mulai tanggal 1 Januari 2020 ekspor nikel mentah dilarang yang membuat Uni Eropa kalang kabut mencari pasokan. Sebaliknya, Indonesia terus mematangkan rencana pengolahan nikel agar dapat menyokong sistem ketahanan energi nasional.
Target pemerintah, 2023 Indonesia jadi pemain kelima industri baterai lithium global. Sekali lagi kalau tidak ada yang menggembosi.
Menko Marves Luhut (katadata.id, 5/ 9/ 2019):
"Ini bukan soal China-China lagi. Tapi semua investor punya kepentingan sama. Mencari efisiensi energi."
Menteri BUMN Erick Thohir bersinergi dengan Menko Marves dari segi eksekusi dan regulasi pengelolaan. Â Sejumlah BUMN terkemuka ditugaskan untuk mengawal bisnis nikel-baterai lithium ini. Mimpi mantan Ketua Tim pemenangan Jokowi-Maruf ini adalah Indonesia punya solusi energi setidaknya dalam 10 tahun ke depan lewat jalur elektrifikasi kendaraan (cnbcindonesia, 13/ 06/ 2020).
Menteri BUMN Erick Thohir:
"Mimpi yang lebih besar yaitu konsorsium Pertamina, Telkom, PLN, Inalum untuk mencari solusi energi dalam arti baterai listrik karena ke depan mobil motor yang paling mahal baterai 50%-nya. Ini kita coba jangka panjang 10 tahun ke depan ini kita coba cari dan ga tanggung tanggung yang ikut konsorsium kan ini raja-rajanya BUMN."
Sudah ada 2 nama: Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan dan Menteri BUMN Erick Thohir. Kemudian, terkait insiden di DPR kemarin agaknya kita perlu tambahkan satu nama ini: Orias Petrus Moedak, Dirut PT Inalum.
Orias yang diusir M Nasir, politisi Demokrat, dari rapat di Gedung DPR adalah pengendali produksi nikel nasional. Â Komitmennya terkait industri baterai lithium adalah memastikan bahwa Inalum siap mengawal pasokan bahan baku utama yaitu nikel.
Dirut Inalum Orius Petrus Moedak (republika.co.id, 10/ 12/ 2019):
"Untuk baterai lithium kita mesti terlibat jangan sampai ketinggalan zaman. Bahan bakunya di kita kok. Kita memastikan aja bahwa yang direncanakan progresnya bagaimana, kalau kami kan siapkan nikelnya. Itu saja, kita pastikan kita siap bantu lah."
Masalah nikel dan TKA China          Â
Permasalahan Indonesia dalam industri nikel adalah penguasaan teknologi pengolahannya. Hal tersebut harus kita maklumi karena ada pihak yang membodohi kita --selama puluhan tahun-- Â agar selalu menjual nikel mentah-mentah tanpa diolah terlebih dahulu untuk meningkatkan nilai ekonominya.
Salah satu negara rujukan industri nikel dan produk turunannya adalah China. Amerika memang juga iya, tapi siapa yang mau berbagi ilmu? Lebih masuk akal  mutualan dengan China  karena  mereka  bersedia mentransfer teknologinya kepada Indonesia.