Perlu jadi bahan penelusuran sejauh mana konteks pengakuan Pius sang ketua Anarko tadi. Apakah pernyataanya itu adalah hasil interogasi yang disusun ulang untuk keperluan penayangan; ataukah ada aktor intelektual di belakangnya yang justru ingin melihat kepolisian jadi tampak konyol.
Secara logis kurang masuk akal jika tokoh Anarko begitu lugu dan lucu seperti Pius dalam tayangan iNews. Tidak merepresentasikan aksi destruktif yang mereka lakukan dalam bentuk vandalisme yang merusak dan menghancurkan fasilitas-fasilitas umum.
Catatan kompas.com, 03/05/2019, yang merekam aksi May Day gerakan Anarko Sindikalisme tahun lalu menunjukkan bahwa aksi mereka terkoordinir dengan rapi. Penggalangan massa dilakukan secara online lewat grup whatsapp dan berlangsung serentak di Bandung, Malang, hingga Makassar. Di kota kembang aksi aksi kelompok baju hitam itu melibatkan 609 orang; sebanyak 203 di antaranya berusia di bawah umur.
Mengorganisasi ratusan orang yang tidak saling mengenal satu sama lain memerlukan keterampilan organisasi lapangan tingkat advance.
Fenomena gerakan Anarko Sindikalime sebagai sebuah gerakan internasional sendiri adalah sesuatu yang perlu diantisipasi.
Kelompok usia muda yang labil, atas nama popularitas dan nafsu untuk terlihat berbeda, sangat rentan dipengaruhi untuk melakukan aksi destruktif. Sejumlah pelaku aksi May Day (aksi pada Hari Buruh) tahun 2019 merupakan siswa SMP yang terprovokasi untuk turun ke jalan lewat ajakan di media sosial.
Seperti pandemi corona kini gerakan ideologis bisa bergerak tanpa terkungkung batas wilayah.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H