"Saya punya A1, adalah saya...,
saya punya A2 bernama Johan yang bertugas dalam pencarian dana,
...
saya punya A4 bernama Syamana Lohop ... yang bertugas sebagai pemberi doktrin."
***
Di tengah kekhawatiran gerakan Anarko Sindikalisme akan melakukan penjarahan di pulau Jawa, polisi berhasil menangkap sejumlah pemuda yang disinyalir terkait dengan gerakan tersebut. Mereka diduga akan menunggangi situasi darurat penanganan corona untuk melakukan kerusuhan dan aksi vandalisme di sejumlah tempat. Â
Oknum pemuda yang diciduk aparat kepolisian di Malang itu tampak seperti anak punk yang biasa terlihat mengamen di jalan. Salah satu dari mereka yang disebut sebagai ketua Anarko kemudian diinterogasi polisi seperti yang ditayangkan Official iNews di kanal youtube. Hasilnya benar-benar di luar dugaan.
Alih-alih menyeramkan, sang ketua Anarko bernama Pius malah jadi tertawaan netizen di jagat maya.
Profilnya yang kocak dengan tato tulisan A besar di perut hingga dada tampak terlihat konyol. Tambah ngakak netizen mengolok-olok sang ketua ketika ia secara urut menyebut A1 hingga A4. Akun twitter Kopi_pahit langsung menghubungkan hal itu dengan ukuran kertas; sementara yang lain mengaitkan tato sang ketua dengan inisial Avengers.
Terciduknya kelompok Pius dan kawan-kawan berkaitan dengan peristiwa sebelumnya.
Beberapa hari lalu, Â muncul grafiti di sejumlah lokasi di Tangerang. Tulisan bernada hasutan untuk berbuat keonaran berbunyi antara lain 'sudah krisis, saatnya membakar' dan 'kill the rich'. Dari pelaku yang tertangkap polisi menemukan informasi bahwa pada tanggal 18 April 2020 mendatang Anarko Sindikalisme akan mengadakan aksi serentak di kota-kota besar di pulau Jawa (kompas.com, 10/04/2020).
Kita boleh tertawa melucui hal ini sebagai hiburan di tengah pandemi. Tetapi temuan polisi juga tidak bisa langsung kita simpulkan sebagai sebuah keisengan.
Perlu jadi bahan penelusuran sejauh mana konteks pengakuan Pius sang ketua Anarko tadi. Apakah pernyataanya itu adalah hasil interogasi yang disusun ulang untuk keperluan penayangan; ataukah ada aktor intelektual di belakangnya yang justru ingin melihat kepolisian jadi tampak konyol.
Secara logis kurang masuk akal jika tokoh Anarko begitu lugu dan lucu seperti Pius dalam tayangan iNews. Tidak merepresentasikan aksi destruktif yang mereka lakukan dalam bentuk vandalisme yang merusak dan menghancurkan fasilitas-fasilitas umum.
Catatan kompas.com, 03/05/2019, yang merekam aksi May Day gerakan Anarko Sindikalisme tahun lalu menunjukkan bahwa aksi mereka terkoordinir dengan rapi. Penggalangan massa dilakukan secara online lewat grup whatsapp dan berlangsung serentak di Bandung, Malang, hingga Makassar. Di kota kembang aksi aksi kelompok baju hitam itu melibatkan 609 orang; sebanyak 203 di antaranya berusia di bawah umur.
Mengorganisasi ratusan orang yang tidak saling mengenal satu sama lain memerlukan keterampilan organisasi lapangan tingkat advance.
Fenomena gerakan Anarko Sindikalime sebagai sebuah gerakan internasional sendiri adalah sesuatu yang perlu diantisipasi.
Kelompok usia muda yang labil, atas nama popularitas dan nafsu untuk terlihat berbeda, sangat rentan dipengaruhi untuk melakukan aksi destruktif. Sejumlah pelaku aksi May Day (aksi pada Hari Buruh) tahun 2019 merupakan siswa SMP yang terprovokasi untuk turun ke jalan lewat ajakan di media sosial.
Seperti pandemi corona kini gerakan ideologis bisa bergerak tanpa terkungkung batas wilayah.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H