Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siap Mental, Lebaran Idul Fitri 2020 Tidak Mudik Gara-gara Corona

24 Maret 2020   19:45 Diperbarui: 24 Maret 2020   21:23 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tradisi silaturahmi dan halal bi halal di daerah pada saat Hari Raya Idul Fitri (palembang.tribunnews.com).

Pakaian hazmat (hazardous materials), alat pelindung khusus untuk dekontaminasi virus yang digunakan tenaga medis/ paramedis dalam menangani pasien COVID-19. Harga 1 set pakaian ini sangat mahal dan hanya bisa 1 X pakai (suarasurabaya,net/ chinatopix).
Pakaian hazmat (hazardous materials), alat pelindung khusus untuk dekontaminasi virus yang digunakan tenaga medis/ paramedis dalam menangani pasien COVID-19. Harga 1 set pakaian ini sangat mahal dan hanya bisa 1 X pakai (suarasurabaya,net/ chinatopix).
Penyakit COVID-19 ini rewelnya bukan kepalang. Untuk menangani 1 pasien positif Corona saja ribet sekali urusannya.

Merawat  pasien Corona membutuhkan dokter dan perawat ahli dengan APD (alat pelindung diri) khusus. Rumah sakitnya pun harus memiliki ruang isolasi yang memadai. Sebagai contoh, di Jawa Barat baru ada 9 rumah sakit rujukan. Banten cuma punya 2.

Uji lab untuk Corona juga tidak bisa sembarangan dilakukan. 

Hanya laboratorium dengan standar keamanan tinggi dan alat khusus yang mampu mendeteksi positif tidaknya satu kasus Corona. Tidak semua ibu kota provinsi memiliki, apalagi sekelas kota kabupaten. Jumlah fasilitas uji lab cuma ada 12, untuk melayani seluruh kawasan se-Indonesia.

Dengan segala tingkat kerumitan dan kompleksitasnya, hal paling masuk akal bagi kita adalah mencegah penyebaran se-maksimal mungkin.

Tidak hanya mudik lebaran, pemerintah dan juga warga perlu bekerja sama membatasi arus pergerakan masyarakat urban kota besar ke daerah. Jika tidak, populasi penduduk di pelosok yang minim fasilitas kesehatan akan menjadi kelompok rentan dari pandemi COVID-19 tersebut.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun