Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Evakuasi WNI dan Diplomasi Kemanusiaan untuk China

31 Januari 2020   09:21 Diperbarui: 31 Januari 2020   09:32 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktivitas warga Wuhan yang sedang menghadapi wabah virus corona di mana kota mereka menjadi awal mula penyebaran virus tersebut (dnanews.com.pk).

"Wuhan jiayou...!"

Teriakan itu bersahut-sahutan di langit kota Wuhan. Kita terharu karena di balik kalimat yang berarti "Semangat Wuhan!" itu tercium aroma kecemasan dan ketakutan.

Mereka sedang saling menguatkan hati satu sama lain, setelah terpenjara di rumah masing-masing akibat wabah virus corona. Entah sampai kapan blokade kota dibuka, belum ada kepastian. Cadangan makanan semakin menipis.

Warga Wuhan, China, tertekan tidak hanya oleh wabah virus itu sendiri. Ketatnya pengawasan pemerintah menutup jalur keluar masuk kota menghalangi kebebasan yang sehari-hari sebelumnya mereka nikmati seperti udara. Kini seolah mereka sedang tercekik.

Total saat ini lebih dari 8.137 penderita sudah positif terinfeksi, tercatat 171 korban tidak terselamatkan gara-gara virus corona. Tersebar di belasan kota di China, dan di belasan negara; tetapi lebih dari  90% korban terkonsentrasi di Wuhan.

Pemerintah China menayangkan siaran langsung pembangunan rumah sakit yang secara ajaib bisa selesai dalam 2 hari. Kapasitasnya mampu menampung ribuan pasien, khusus korban corona.

Dunia terpana menyaksikan kedigdayaan kemampuan infrastruktur China. Jutaan orang yang menonton siaran live show tersebut berdecak kagum. Tetapi sejatinya kita tidak tahu, apa yang disembunyikan China. Berapa sesungguhnya korban yang jatuh di Wuhan kita tidak tahu.

Dalam keadaan normal saja China cukup ketat mengontrol media, apalagi dalam kondisi darurat seperti saat ini. Siaran langsung pembangunan rumah sakit adalah show of force pemerintah untuk menunjukkan bahwa mereka sanggup mengatasi corona.


Seberapa sanggup manusia menghadapi makhluk misterius bernama virus?

Hingga saat ini dunia medis belum cukup percaya diri untuk jumawa di hadapan sosok yang lebih kecil dari bakteri ini. WHO yang sebelumnya menganggap wabah coronavirus sebatas epidemi region China kini sudah menetapkan status gawat darurat global (cnn.com, 31/1/2020).

Penetapan status darurat global didasarkan pada banyaknya negara yang sudah terpapar, 17 negara, dan mungkin akan terus bertambah. Status tersebut tidak hanya membuat cemas warga dunia tetapi juga semakin menambah beban psikologis rakyat Tiongkok , terutama di Wuhan.

Warga kita di sana juga ada. Jumlah pastinya pemerintah harus tahu dan dipastikan untuk persiapan evakuasi mereka kembali ke tanah air. Mereka, WNI, itu ingin secepatnya pulang dengan selamat.

Beberapa negara sudah berhasil membawa pulang warganya, antara lain Jepang dan Amerika Serikat. Indonesia juga harus punya cara dan lobi ke pemerintah China untuk membuka gerbang evakuasi bagi warga Indonesia.

Selain evakuasi, pemerintah Indonesia juga harus mempertimbangkan uluran bantuan diplomasi kemanusiaan. Kita memang pernah berselisih dengan mereka di Natuna tetapi urusan kemanusiaan jauh lebih tinggi nilainya. Di samping itu China sudah menganggap selesai permasalahan itu dengan pengakuan hak Indonesia.

Bantuan yang dapat kita berikan mungkin bukan tenaga medis, karena siapa juga yang bersedia sukarela dikirim ke sana. Juga bukan obat atau vaksin karena memang masih belum ditemukan seperti apa formulanya.

Tetapi kita bisa menunjukkan perhatian dan empati kepada rakyat China dengan bentuk bantuan yang lain. Mereka membutuhkan masker yang baik, suplemen penambah kekebalan, dan mungkin peralatan sanitasi dan kesehatan yang lain.

Apabila memungkinkan mengapa tidak kita berikan? Yang namanya musibah negara mana saja tidak ada yang kebal. Suatu saat (dan pernah) mungkin kita akan alami dan ketika itu perhatian dan bantuan negara lain akan terasa membesarkan hati.

Selain wujud keprihatinan dan empati kemanusiaan, siapa tahu bantuan kemanusiaan yang kita berikan juga dapat memperlancar proses evakuasi warga kita dari sana. Semoga semua berakhir dengan baik dan selamat, tidak ada jatuh korban.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun