Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

"Pak Jokowi, Jangan Ulangi Kegagalan di Jakarta...!"

31 Januari 2020   05:56 Diperbarui: 31 Januari 2020   06:13 2915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi pada saat masih menjabat sebagai Gubernur DKI, memeriksa saluran air, 11/11/2013 (kompas.com).

Pelajaran dari Jakarta

Banyak hipotesa dapat dikemukakan dari kasus pergantian gubernur di Jakarta yang tidak disertai proses transformasi gagasan dan orientasi kebijakan.

Pemicunya bisa punya banyak sebab; apakah karena masalah perbedaan kompetensi; miskomunikasi politik pascapemilu; ataukah karena adanya manuver salah satu atau kedua-dua pihak.

Anies Baswedan --yang sendirian tanpa wagub-- mungkin salah pilih pejabat pembantu sehingga kekurangan-kekurangan manajerial yang ada pada dirinya tidak terkompensasi dengan baik.

Mungkin juga Gubernur Anies ternyata memang sukses namun Departemen Humas DKI tidak mampu menjelaskan sejauh mana capaian-capaian Anies sudah diraih. Sementara, asumsi bahwa Anies kurang disukai media atau bahkan dikucilkan rasanya tidak punya dasar pijakan.

Dalam dua kasus yang melibatkan perang netizen vs. media mainstream terbukti; pro Jokowi yang pernah bersengketa dengan media ternyata tidak berpengaruh banyak pada relasi antara media dengan Jokowi sendiri.

Kasus Tempo muncul ketika grup media terkemuka tersebut mengangkat tema buzzer istana dan kemudian diikuti media besar lain (tempo.co, 28/9/2019). Pro Jokowi membalas Tempo dengan gerakan down grade  1 bintang hingga uninstall aplikasi Tempo di Google Playstore.

Begitu juga ketika kompas.com berseteru dengan akun @kurawa (pro Jokowi) yang mengangkat tuduhan serius adanya suap dalam kasus gubernur rasa presiden (tempo.co, 20/1/2020). Beruntung kompas.com (tampaknya) memilih menahan diri; perang netizen vs. media mainstream jilid II akhirnya urung terjadi.

Penyebab lain yang mungkin menjadi kambing hitam buruknya serah terima tongkat estafet kepemimpinan di Jakarta adalah persoalan politik. Masalah yang agaknya terasa ada sangkut pautnya dengan kurang harmonisnya DKI dengan istana.

Sisa-sisa polarisasi kedua kubu --pro Ahok vs. pro Anies dan pro Jokowi vs. pro Prabowo-- mungkin (justru) masih kental di tingkat elit sehingga komunikasi yang lancar belum terwujud.

Jokowi bersama Gubernur Jawa Barat dan Menteri PUPR pada saat peresmian Terowongan Nanjung, 29/1/2020. Terowongan antibanjir yang dibuat sebagai solusi pencegahan banjir di Bandung Raya tersebut dikerjakan tahun 2017-2019 (antaranews.com).
Jokowi bersama Gubernur Jawa Barat dan Menteri PUPR pada saat peresmian Terowongan Nanjung, 29/1/2020. Terowongan antibanjir yang dibuat sebagai solusi pencegahan banjir di Bandung Raya tersebut dikerjakan tahun 2017-2019 (antaranews.com).
Persoalan komunikasi sebagai antitesis Jakarta bisa kita lihat di Jawa Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun