Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

"Pak Jokowi, Jangan Ulangi Kegagalan di Jakarta...!"

31 Januari 2020   05:56 Diperbarui: 31 Januari 2020   06:13 2915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Transparan  kepemimpinan Ahok mungkin overdosis, menghilangkan sekat dunia nyata dengan jagat maya. Apa yang dikerjakan dan dikatakannya langsung diunggah ke media sosial; padahal musuh-musuh politik dan mereka yang terusik kepentingannya sedang menunggu waktu untuk menikam.

Dan akhirnya memang demikian kejadiannya. Gara-gara pelintiran rekaman digital yang diunggah di dunia maya, Ahok pun terjungkal.  Sepotong ayat yang terucap di Pulau Seribu menjadi sandungan dan mengantarkan gubernur ke sel Mako Brimob, Kelapa Dua.

Jakarta setelah itu hingga pergiliran periode kepemimpinan berikutnya, Pilgub 2018, tidak sepi dari sengketa. Ahok-Jarot sebagai petahana kemudian tersingkir oleh kubu penantang, Anies-Sandiaga.

Penutupan sebagian badan Jalan Jatibaru, Tanah Abang, yang digunakan oleh pedagang kaki lima untuk berjualan, Februari 2018 (wartakota.tribunnews.com).
Penutupan sebagian badan Jalan Jatibaru, Tanah Abang, yang digunakan oleh pedagang kaki lima untuk berjualan, Februari 2018 (wartakota.tribunnews.com).
Bisa dikatakan belum ada yang istimewa dari kerja gubernur terpilih plus TGUPP-nya itu; Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan. Malah sebaliknya, hal-hal baik yang dilakukan pendahulunya kemudian hilang satu demi satu.

Sistem lelang jabatan untuk memilih pejabat terbaik entah bagaimana kabarnya. Dan balaikota pun kembali jauh dari warga.  Program-program kerja DKI sekarang cenderung mengarah untuk memoles muka. Beautifikasi.

Anies lebih dikenal publik di media dengan sejumlah program kosmetika.

Program/ proyek itu antara lain patung bambu Getah Getih di Bundaran HI yang kemudian diikuti pemasangan seni instalasi gabion. Perluasan beberapa ruas trotoar (yang mempersempit jalan) juga ditengarai menyebabkan penyempitan jalan dan hilangnya pohon-pohon peneduh.

Sempat pula jadi sorotan yaitu penghilangan atap JPO (jembatan penyeberangan orang); dan terkini proyek revitalisasi Monumen Nasional yang mengakibatkan raibnya ratusan pohon peneduh.

Di sisi lain program pencegahan banjir dan penguraian simpul-simpul kemacetan malah seperti terabaikan.

Yang kita dengar dari Jakarta saat ini antara lain polemik antara konsep normalisasi vs. naturalisasi yang berdampak pada terhambatnya pemeliharaan sungai-sungai dan danau. Naturalisasi gagasan Anies gigih dipertahankan tetapi juga pada akhirnya tidak jelas bagaimana ide itu dikerjakan.

Sumur-sumur resapan yang banyak dibuat di era Jokowi belum terdengar kelanjutannya meski kerap jadi andalan argumentasi Anies ketika berbicara soal pencegahan banjir tahunan. Sementara, proyek sodetan Ciliwung-BKT (Banjir Kanal Timur) tertunda karena terhambat masalah pembebasan lahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun