Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Terusik Jiwasraya, Akhirnya SBY Buka Suara

28 Januari 2020   05:35 Diperbarui: 28 Januari 2020   06:19 1680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tersangka kasus Jiwasraya, Benny Tjokro, setelah diperiksa di Kejaksaan Agung (alinea.id).

"Investigasi ini penting dilakukan untuk menjawab pertanyaan dan praduga kalangan masyarakat bahwa dalam kasus Jiwasraya ini dicurigai ada yang mengalir ke tim sukses Pemilu 2019 yang lalu. Baik yang mengalir ke partai politik tertentu maupun tim kandidat presiden".

Di tengah trend isu wabah virus corona dan kematian pebasket Kobe Bryant, mantan presiden SBY  sibuk menghadapi perangnya sendiri di laman facebook (detik.com, 27/1/2020).

Lewat tulisan panjang lebih dari 3.500 kata --yang sebagian isinya diulang-ulang-- SBY mencurahkan kegelisahan hati setelah kasus Jiwasraya dikait-kaitkan dengan dirinya.

SBY di awal tulisan mengaku tak terusik dengan kasus penyelewengan uang nasabah di perusahaan asuransi pelat merah tersebut. Akan tetapi paragraf-paragraf berikutnya nyata sekali, nyaris didominasi serangan terbuka berbalut eufimisme terhadap pemerintahan Jokowi.

Poin-poin SBY yang utama antara lain:

  • Penyebutan menteri-menteri Jokowi terkait Jiwasraya yaitu: Rini Soemarno, Erick Thohir, dan Sri Mulyani (disebut lebih banyak). SBY juga mengangkat wacana penjatuhan 2 menteri terkait hal itu.
  • Mendorong pembentukan pansus terkait Jiwasraya, juga penggunaan Hak Angket  oleh DPR terhadap permasalahan tersebut. SBY membandingkan masalah ini dengan pansus yang dibentuk untuk menyelidiki kasus bail out Bank Century.
  • Dalam kasus Century, SBY dengan cerdik mengelak dengan cara menyebut dan memuji penanggung jawab pengambilan  keputusan yaitu Menkeu Sri Mulyani dan Gubernur BI Boediono.
  • SBY meminta penyimpangan manajemen dan kebocoran keuangan BUMN yang lain diselidiki, antara lain Asabri dan PT Taspen.
  • Perlunya investigasi kasus Jiwasraya dengan aliran dana ke partai politik dan timses presiden, tanpa menyebut Jokowi-Maruf. Tetapi kalimat-kalimat berikutnya jelas eksplisit menyebutkan kepada timses capres mana investigasi perlu dilakukan.

Jiwasraya, sekali tepuk 2 ekor lalat kena gebuk

Proses politik dan hukum yang sedang bekerja saat ini akan menemukan jalan sendiri, bagaimana ending Jiwasraya dan Asabri nanti.

Harapan rakyat tentu pihak yang bertanggung jawab akan segera diadili semua, baik menurut versi SBY maupun versi non-SBY.

Menurut pengetahuan SBY, bisnis Jiwasraya dirundung malang baru sebatas 3 tahun ini saja; sementara versi non-SBY, kasus tersebut sudah terjadi sejak 10 tahun lalu yang berarti menyangkut era dirinya.

Menurut  Dahlan Iskan, kerugian yang diderita Jiwasraya setidaknya dapat dilacak hingga mundur ke tahun 2014 saat transisi SBY-Jokowi. Dalam tulisan di blog pribadinya, disway.id, mantan menteri BUMN era SBY itu mengungkap jatuhnya harga saham gorengan yang dimainkan tersangka skandal Jiwasraya, Benny Tjokro, dari Rp 1.865  menjadi hanya Rp 50!

Tersangka kasus Jiwasraya, Benny Tjokro, setelah diperiksa di Kejaksaan Agung (alinea.id).
Tersangka kasus Jiwasraya, Benny Tjokro, setelah diperiksa di Kejaksaan Agung (alinea.id).
Pertanyaannya mengapa SBY baru saat ini buka suara?

Setidaknya ada 2 keuntungan yang diperoleh SBY dengan curhat panjang lebar yang terlambat tersebut.

Pertama, sebagai wacana pre-emptive untuk mengantisipasi kemungkinan penyelidikan kasus Jiwasraya menyeret pejabat-pejabat pada masanya. Selain tentu juga berfungsi sebagai jawaban terhadap tuduhan yang ditujukan pada rezim pemerintahannya.

Kedua, SBY ingin mengangkat eksistensi partai Demokrat yang akhir-akhir ini seolah tenggelam dan tidak dibicarakan.

Tuduhan terhadap keterlibatan rezim SBY tampaknya hanya berasal dari sebagian kecil kalangan yang tidak populer diberitakan.

Presiden Jokowi ketika menjawab pertanyaan wartawan di Balikpapan yang salah satu di antaranya menyinggung soal Jiwasraya (klilampera.com, 18/12/2020).
Presiden Jokowi ketika menjawab pertanyaan wartawan di Balikpapan yang salah satu di antaranya menyinggung soal Jiwasraya (klilampera.com, 18/12/2020).
Sejauh penelusuran di media, tampaknya tuduhan terhadap rezim SBY berasal dari pernyataan Jokowi di Balikpapan, 18 Desember 2019.

Jokowi, Balikpapan (18/12/2019):

"Ini persoalan yang sudah lama sekali 10 tahun yang lalu, problem ini yang dalam tiga tahun ini kita sudah tahu dan ingin menyelesaikan masalah ini."

Dalam pernyataan tersebut, Jokowi tidak menyebut apapun soal SBY. Akan tetapi ternyata kemudian politisi-politisi Demokrat menganggap hal itu sebagai masalah.

Hinca Pandjaitan dan Andi Arief  langsung bereaksi membela marwah bos partainya.

Cuitan Andi Arief di twitter, @andiarief (detik.com, 19/12/2019):

"Hari ini Pak Jokowi kambuh, asuransi yang gagal bayar di eranya Jokowi-Ma'ruf, yang disalahkan justru era Jokowi-JK dan era SBY-Boediono."

Ditinjau dari aspek kronologis waktu yang terlalu lama (lebih dari sebulan), tulisan SBY di jagat medsos tampaknya punya tujuan ikutan.

Mengingat SBY adalah seorang doktor tentu bukan persoalan jika ingin menjawab Jokowi dalam 1-2 hari. Tidak perlu waktu sampai sebulan lebih untuk menyusun konsepnya.

Sebagai pendiri dan petinggi partai Demokrat tampaknya SBY khawatir Demokrat akan semakin dilupakan terlebih hasil Pemilu 2019 lalu yang sangat memprihatinkan. Perolehan suaranya melorot tajam.

SBY melihat momentum penyelidikan Jiwasraya dapat dijadikan pijakan untuk mengangkat kembali nama Demokrat yang saat ini seolah-olah sepi pemberitaan.

Bagi partai politik, dibicarakan dan dibahas itu penting sebagai wujud eksistensi dan sebagai alat komunikasi dengan konstituen.

Tanpa dibicarakan dan dibahas, grass root di bawah bisa-bisa kehilangan orientasi dan kebanggaan berpartai. Meminjam ungkapan Descartes, barangkali analoginya adalah : partai bersuara maka partai ada.

SBY sudah pulih dan come back lagi berpolitik

Selain untuk "menjawab" Jokowi dan mengangkat nama Demokrat. Tulisan SBY juga menjadi penanda kembalinya mantan presiden tersebut ke gelanggang politik.

Semenjak wafatnya Ani Yudhoyono, SBY dan keluarganya terlihat tidak begitu banyak muncul di depan publik.

Masa berduka mungkin belum usai tetapi partai harus dihidupi. Seseorang harus tampil dan cukup didengar sebagai representasi Demokrat.  Batin SBY mungkin mendengar suara itu: panggilan partai.

Sebagai partai oposan yang gagal merapat ke istana, Demokrat juga tidak punya pilihan selain melanjutkan menapaki jalan oposisi yang kian sunyi. Mantan kawan seiring, Gerindra, saat ini sudah ada di seberang bersama petahana.

Sembari menunggu 2024, tentu asa partai (dan putra mahkota) harus terus dijaga agar tetap menyala. Tidak ada jalan lain bagi SBY kecuali menyusun siasat baru di tengah-tengah keadaan yang kurang begitu menguntungkan.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun