Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tidak Butuh Makan dan Minum, Mengapa Virus Corona Mampu Membunuh Manusia?

26 Januari 2020   05:34 Diperbarui: 26 Januari 2020   17:05 9597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyebaran virus corona dari hewan ke manusia dan antarmanusia (the-sun.com).

Virus adalah makhluk Tuhan yang istimewa. Ukurannya luar biasa kecil, jauh lebih kecil dari bakteri yang dengan mata telanjang tidak akan mampu dilihat.

Sebagai contoh, virus corona menurut The New England Journal of Medicine seperti yang dikutip oleh statnews.com (24/1/2020) berukuran sekitar 100 nm (1 nanometer= 1/ 1.000.000.000 meter).

Jika virus tersebut dibandingkan dengan seekor bakteri yang berukuran 1 μm (1 mikrometer= 1/ 1.000.000 meter), kira-kira sama dengan perbandingan antara tinggi seorang manusia dewasa dengan sebatang pohon kelapa yang tingginya 20 meter. 

Sementara, perbandingan ukuran virus corona dengan manusia yang tingginya 180 cm yaitu sekitar 1: 18.000.000. 

Artinya, jika virus itu sebesar kita, maka kitanya sendiri kira-kira berukuran setinggi 32.400 km! Atau sekitar 1/10 dari jarak bumi ke bulan.

Sekilas tentang virus dan pengelompokkannya
Virus itu andai tergolong makhluk hidup, tetap saja ia termasuk bentuk organisme yang sangat tidak umum. Karakteristiknya sama sekali berbeda dengan mikroorganisme lain seperti bakteri atau amuba.

(A). Elektron mikrograf partikel virus 2019-nCoV, virus corona, yang sudah diisolasi. (B) Virus corona di dalam sel-sel saluran pernapasan (tanda panah). Gambar tersebut dipublikasikan oleh The New England Journal of Medicine (www.statnews.com).
(A). Elektron mikrograf partikel virus 2019-nCoV, virus corona, yang sudah diisolasi. (B) Virus corona di dalam sel-sel saluran pernapasan (tanda panah). Gambar tersebut dipublikasikan oleh The New England Journal of Medicine (www.statnews.com).
Bakteri dan amuba masih tergolong makhluk hidup seluler (unisel) yang masih butuh makan. Bakteri melakukan fotosintesis atau kemosintesis untuk menyusun zat makanannya sendiri. Amuba mendapatkan makanan melalui mekanisme yang disebut fagositosis. 

Sebagai organisme bersel tunggal, mereka  masih dilengkapi organel-organel, antara lain untuk mengatur aktivitas; memperoleh dan mengolah zat makanan; hingga bereproduksi. 

Organel itu perannya kurang lebih sama seperti organ-organ pada tubuh manusia. Alat gerak juga ada, misalnya silia (rambut getar) atau flagel (bulu cambuk).

Ilustrasi tipikal virus corona yang tergolong kelompok ss-RNA berdasarkan jenis materi genetiknya, (ss: single strand = satu untai). Keterangan lain: N= nucleocapsid proteins/ pelindung RNA; M= membrane; E= envelope proteins; S= spike proteins (sciencedirect.com).
Ilustrasi tipikal virus corona yang tergolong kelompok ss-RNA berdasarkan jenis materi genetiknya, (ss: single strand = satu untai). Keterangan lain: N= nucleocapsid proteins/ pelindung RNA; M= membrane; E= envelope proteins; S= spike proteins (sciencedirect.com).
Tetapi tubuh virus jauh lebih simpel strukturnya, ia tidak punya organel dan tidak punya alat gerak.

Karena tidak punya syarat-syarat sebagai sel, maka virus disebut sebagai materi subseluler (struktur di bawah sel) atau aseluler (bukan sel). 

Tubuhnya yang utama cuma terdiri dari materi genetik (DNA= Deoxyribonucleic Acid atau RNA= Ribonucleic Acid) yang dibungkus oleh lapisan protein (nukleokapsid). Cuma begitu doang. 

Memang ada beberapa virus yang memiliki protein tertentu sebagai penanda spesifik dan struktur amplop (envelope), tetapi tidak semua virus memilikinya.

Sementara struktur sel yang diakui sebagai makhluk hidup terdiri dari beberapa bagian utama yaitu: membran sel, organel-organel, nukleus (inti)/ nukleoid (inti semu), dan materi genetik DNA dan RNA.

DNA adalah cetak biru tubuh makhluk hidup; sedangkan RNA adalah salinan-salinan singkatnya.  RNA diperlukan untuk mewujudkan tubuh sebagai manifestasi atau penerjemahan apa-apa yang "tertulis" di dalam DNA. 

Karena virus materi genetiknya hanya DNA atau RNA saja, maka para virolog (ilmuwan pakar virus) menjadikan hal itu sebagai dasar untuk pengelompokkan. Virus corona termasuk ke dalam kategori virus RNA, sedangkan virus herpes termasuk virus DNA. 

Ada pula penamaan khusus yang disebut retrovirus, yaitu virus yang bisa beralih antara bentuk DNA dengan RNA. Contoh retrovirus antara lain yaitu virus HIV, penyebab penyakit AIDS.

Mengingat bentuknya yang super sederhana, transisi antara makhluk hidup dan sebentuk senyawa kimia (yang tidak hidup), ilmuwan menyebut virus sebagai "a kind of borrowed life".

Siklus virus, istirahat atau memperbanyak diri
Karena tubuhnya tidak punya struktur atau sistem apa-apa seperti makhluk hidup umumnya, virus itu kerjanya ya cuma diam saja. Pasif.

Di luar sel hidup virus berada dalam kondisi seperti benda mati dan dapat dikristalkan.

Virus tidak perlu makanan karena tak punya sistem pencernaan,  tubuhnya tidak melakukan metabolisme. Makhluk super minimalis ini juga tidak punya indera; tidak bisa merasa karena tanpa saraf; dan tentunya juga tidak bisa berpikir karena tidak ada otak.

Virus bisa berpindah atau berubah posisi kalau ada faktor lingkungan yang menggerakkan; misalnya angin, arus air, atau aktivitas makhluk hidup.

Dan, begitu ada kesempatan bertemu sel inang yang cocok barulah virus akan melakukan replikasi/memperbanyak diri dengan cara memanfaatkan fasilitas (baca: membajak) berupa organel dan sistem metabolisme yang ada di dalam sel inang tersebut.

Siklus hidup SARS-CoV yang termasuk kelompok coronavirus (Nature Reviews/ researchgate.net).
Siklus hidup SARS-CoV yang termasuk kelompok coronavirus (Nature Reviews/ researchgate.net).
Sel inang adalah sel apapun yang bisa ditumpangi dan bisa diambil alih mesin reproduksinya. Bisa sel manusia, hewan, tumbuhan, jamur, atau bakteri. Semua bentuk kehidupan dapat terinfeksi oleh virus. Bahkan sesama mereka, virus bisa saling berinterferensi.

Virus adalah parasit mutlak (obligat). Berdasarkan inangnya maka dikenal pula istilah virus manusia (human viruses), virus hewan, virus tumbuhan, dan seterusnya.

Mekanisme pembajakan dimulai ketika virus sudah menempel tepat di permukaan membran sel inang.

Virus akan melubangi membran sel tersebut dengan enzim tertentu. Setelah bolong, barulah materi genetik si virus (DNA atau RNA yang berukuran sangat pendek) akan diinjeksikan ke dalam sel;  sementara tubuh yang berupa cangkang protein ditinggal begitu saja di luar.

Seperti kuda troya, cuma kudanya malah ditinggal di gerbang kota, gak ikut masuk.

Kalau sudah begitu tinggal tunggu waktu saja, ibarat macan yang sudah menerkam tengkuk mangsanya. Sel inang sudah --katakanlah-- 80% "dikuasai" perompak yang tak diundang.

Ketika sudah terselip di dalam susunan materi gen sel inang, maka DNA atau RNA virus dapat memberi perintah untuk menggandakan diri secara otomatis. 

Bahan-bahan untuk membentuk individu baru sudah tersedia di dalam cairan sel (sitoplasma); mesin-mesin perakitan juga tinggal pinjam,  yaitu enzim-enzim replikator dan organel pembentuk protein yang disebut ribosom.

Dengan bantuan enzim-enzim sel inang sendiri, DNA atau RNA virus akan melakukan replikasi untuk mengisi tubuh virus baru; sementara pembentukan cangkang (kapsid) dan protein-protein yang lain akan dikerjakan oleh ribosom.

Gampang kan? Modalnya cuma modal dengkul, itu pun dengkulnya sel inang.

Bagaimana setelah DNA/ RNA dan bungkusnya siap? 

Proses berikutnya tinggal merakit saja seperti main lego, sudah ada mur bautnya sendiri yaitu senyawa-senyawa kimiawi yang kompatibel. Mekanisme perakitan tubuh virus bersifat self-assembly.

Virus yang baru selanjutnya akan menginfeksi sel-sel lain yang masih sehat, dibajak lagi sampai kering kerontang isinya. 

Begitu terus menerus menggerogoti sel-sel tubuh hingga tinggal pada pilihan: virus yang menang (individu inangnya mati); atau sistem kekebalan tuan rumah akan menghentikan petualangan si virus tadi (inang sembuh atau sehat lagi).

Memang tidak semua virus sekejam itu. Ada pula yang disebut siklus lisogenik (yang sebelumnya disebut siklus litik).

Dalam mekanisme lisogenik, materi gen virus hidup berdampingan di dalam sel dengan materi gen inangnya. Hidup damai; elu elu, gue gue.

Kemudian, tidak semua virus berarti petaka juga bagi manusia. 

Dalam dunia medis, virus bahkan bisa bermanfaat. Contohnya, serangan virus HIV (pada penderita AIDS) terbukti dapat berkurang jika secara persisten si pasien diinfeksi dengan virus hepatitis G. Virus juga dimanfaatkan oleh ilmuwan dalam penelitian rekayasa genetik.

Virus corona, dari mata (kok bisa) turun ke ginjal?
Virus corona diduga berasal dari hewan-hewan liar seperti ular kobra atau kelelawar (animal viruses) yang berpindah kepada manusia lewat interaksi: menyantap dagingnya (apalagi mentah), atau lewat interaksi langsung seperti yang terjadi di pasar Wuhan, China.

Saat ini sudah diketahui lewat bukti lapangan, virus corona mampu menyebar antarmanusia.

Penyebaran virus corona dari hewan ke manusia dan antarmanusia (the-sun.com).
Penyebaran virus corona dari hewan ke manusia dan antarmanusia (the-sun.com).
Karena ukuran yang sangat kecil, virus bisa masuk ke tubuh manusia lewat mana saja. Bisa terhirup bersama udara pernapasan, ikut tertelan, atau bahkan terbawa udara dan menempel pada cairan di permukaan mata (mucus).

Wang Guangfa, seorang dokter yang terlibat penanganan virus corona menceritakan bagaimana ia bisa terinfeksi virus tersebut. Wang mengingat bahwa meskipun memakai pakaian pelindung khusus dan memakai masker, tetapi matanya terbuka tanpa goggle pelindung (kompas.com, 25/1).

Dari spot pertama virus berhasil masuk barulah kemudian ia dapat berpindah ke bagian tubuh yang lain (ingat virus tidak bisa bergerak sendiri!).

Perpindahannya mengikuti aliran darah atau getah bening. 

Ibarat bus Transjakarta, virus corona bisa pergi ke mana dia suka dengan menumpang sistem transportasi tubuh. Kebetulan virus corona ini cocoknya antara lain di saluran pernapasan manusia bagian atas (upper respiratory system), juga bisa betah di dalam ginjal.

Jadilah korbannya kemudian menderita gangguan sistem pernapasan yang didahului demam dan sesak napas. Dalam kondisi berikutnya, ginjal pun bisa gagal berfungsi gara-gara sel-selnya habis dibabat si corona tersebut.

Terserang corona virus, bagaimana caranya supaya sembuh?
Hingga kini sayangnya belum ditemukan vaksin yang terbukti manjur untuk mencegah serangan virus corona.

Ilmuwan butuh waktu untuk mengidentifikasi, menemukan antigen dan reseptor yang cocok, uji coba, hingga proses produksi massal; bisa bertahun-tahun. Tetapi kata Bill Gates, manusia harus menemukan cara agar hal itu (semoga) bisa dilakukan dalam 90 hari.

Sejauh ini yang bisa kita lakukan adalah mengisolasi penderita agar tidak ikut menjadi agen penyebaran. Pasien ditangani khusus dalam ruang tertutup sambil distimulasi agar sistem kekebalan tubuhnya mampu aktif mengungguli kedigdayaan virulensi si coronavirus.

Bagi yang belum terserang sebaiknya menghindari daerah yang sudah nyata-nyata teridentifikasi sebagai zona terkontaminasi.

Kita juga harus menghindari kontak dengan hewan perantara dan juga dengan (jika terjadi) penderita yang sudah terserang, walaupun anggota keluarga kita sendiri. 

Penggunaan masker standar juga dianjurkan jika dirasa perlu ketika berada di tempat umum yang rawan seperti rumah sakit. Mencuci tangan dengan desinfektan dan menjaga sanitasi lingkungan termasuk upaya-upaya bijak untuk memperkecil risiko penularan virus corona.

Yang utama, menjaga sistem kekebalan tubuh sebagai benteng terakhir tubuh kita yang harus tetap fit.

Tubuh dengan kemampuan imun yang prima akan mampu melawan virus apapun yang tidak diharapkan. Pembentukannya terbantu dengan pola konsumsi makanan sehat yang higienis serta pola hidup aktif dengan rajin berolahraga.

Setelah semua ceklis oke, jangan lupa iringi dengan doa; semoga kita tidak menjadi korban virus corona berikutnya.***

Referensi pendukung:

- Campbell Biology, 10th edition; karya Neil A Campbell dkk., dan diterbitkan oleh penerbit Pearson, 2014.
- Principles of Virology, 4th ed; karya Jane Flint dkk., diterbitkan oleh ASM Press, 2015.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun