Kontak fisik kapal Cina dengan kapal Vietnam tahun 2014 menimbulkan protes keras di Hanoi yang berakibat jatuhnya 20 korban jiwa akibat kerusuhan. Peristiwa tersebut berawal dari aktivitas pengeboran minyak yang dilakukan Cina di lepas pantai yang berdekatan dengan wilayah Vietnam  (detik.com, 15/05/2014).
Filipina juga bereaksi keras menolak kehadiran kapal-kapal nelayan dan coast guard Cina. Presiden Rodrigo Duterte sempat mengancam akan mengirim pasukan ke pulau sengketa jika kapal-kapal tersebut tidak segera enyah dari wilayahnya. Pulau Thitu atau Pagasa dan perairan di sekitarnya menurut Filipina adalah wilayah miliknya yang kerap disambangi nelayan Cina (tirto.id, 12/04/2019).
Menghadapi Vietnam dan Filipina, Cina menuduh mereka sengaja memanfaatkan dukungan Amerika Serikat dan berakibat meningkatkannya ketegangan di zona yang diduga kaya sumber daya alam tersebut. Tetapi ironisnya, Cina sendiri tampak enggan mematuhi Code of Conduct/ CoC yang tengah dalam penjajakan bersama dengan negara-negara ASEAN.
Ancaman perang dunia III
Menghangatnya suhu politik global di Iran dan Laut Cina Selatan belakangan ini menimbulkan kekhawatiran banyak pihak akan terjadinya Perang Dunia III. Tagar #worldwar3 sempat pula trending di media sosial.
Namun secara historis, tampaknya ancaman perang dunia tampaknya masih jauh dari kenyataan.
Iran meskipun merupakan negara Islam tidak akan serta merta mendapatkan dukungan militer dari negara-negara OKI, Organisasi konferensi Islam. Perbedaan mazhab Syi'ah-Sunni menjadi jurang pemisah akut yang bahkan menjadi pemicu konflik tersendiri di Timur Tengah.
Indonesia sebagai negara dengan jumlah muslim terbesar juga tentu tidak mau terseret konflik kepentingan negara-negara Timur Tengah. Pendekatan yang kita lakukan lebih ke arah rekonsiliasi damai dan menghindari penggunaan kekuatan militer.
Demikian juga dengan Rusia sebagai sekutu dekat Iran.
Kepentingan Rusia toh sama dengan Amerika, tidak jauh dari penguasaan minyak dan jual beli senjata. Sejauh konflik bisa mengerek omzet penjualan alat-alat perang, maka sejauh itulah Rusia mau terlibat. Iran hanya menjadi kepanjangan tangan Rusia saja untuk memukul AS di satu sisi; sementara pada sisi yang lain AS dan Rusia pada dasarnya diuntungkan dengan adanya perang.
Berkaitan dengan konflik di Laut Cina Selatan, walau tampak agresif tetapi sejatinya Cina juga pasti berhitung soal kekuatan militer.