Proses produksi  barang  kini tak lagi menjadi monopoli penduduk perkotaan. Pemasarannya juga  tidak tersekat  wilayah geografi.  Lewat media  e-commerce, pemilik usaha dapat menyebarluaskan informasi  produknya secara global berkat kemajuan teknologi  informasi  yang semakin cepat dan murah.
Riset Deloitte Indonesia memprediksi bahwa  transaksi belanja online di tanah air lewat platform e-commerce  nilainya akan mencapai USD 20 miliar pada tahun 2020.
"Dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil, E-commerce Indonesia diperkirakan akan tumbuh mencapai 20 miliar US Dollar pada tahun 2020. Potensi ini akan terus berkembang dan selanjutnya akan menjadi salah satu sektor yang dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia," kata Stanley  Kyung Sup Song, Director Consulting Deloitte Southeast Asia (kompas.com, 26/03/2019).
Data lain yang disampaikan Ketua Umum Asosiasi  e-Commerce Indonesia (idEA), Ignasius Untung, menyebutkan selama  empat tahun terakhir angka pertumbuhan e-commerce  Indonesia tembus hingga 500 persen atau 5 kali lipat!
Volume transaksinya juga tidak kalah menakjubkan. Proyeksi perkiraan tahun 2020, jumlah transaksi e-commerce Indonesia akan  menyentuh angka 12 miliar.
Indonesia dengan populasi  penduduk mencapai  269 juta itu memang pasar yang menggiurkan.
Dari jumlah penduduk yang ada, sekitar 130 juta di antaranya memiliki akses internet  dan populasi pengguna  smartphone jumlahnya 70 juta jiwa. Angka tersebut pasti  terus meningkat seiring dengan pembangunan infrastruktur tol langit dan jaringan serat optik yang semakin luas cakupannya.
Logistik, Â pilar utama industri e-commerceÂ
Tumbuhnya industri e-commerce yang menjadi magnet lahirnya entrepreneur baru memicu terciptanya bidang usaha pendukung. Salah satunya adalah jasa logistik atau pengiriman barang.
Berbicara soal logistik, Menteri PPN/ Kepala Bappenas era Kabinet Indonesia Kerja, Bambang Brodjonegoro, menyatakan bahwa biaya logistik nasional tidak boleh lebih dari 10 persen. Â Jika komponen biaya logistik di atas angka 10 persen maka produk barang atau komoditi menjadi tidak kompetitif lagi di pasar internasional.
Berbeda dengan negara kontinen seperti China atau Amerika Serikat, persoalan infrastruktur  logistik di Indonesia lebih krusial. Negara kita adalah negara  kepulauan, selain membangun jalan pemerintah juga menganggap penting untuk membangun  pelabuhan dan bandar udara.
J&T Express  dan konsep "smart logistics"