Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

KTT Kuala Lumpur, Membaca Pendulum Politik LN Indonesia di Tengah Konflik Negara-negara Islam

21 Desember 2019   09:02 Diperbarui: 23 Desember 2019   16:07 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KTT Kuala Lumpur 2019 (indonsiainside.com/ freemalaysiatoday).

Padahal, Turki termasuk negara anggota NATO yang menyimpan 50 hulu ledak nuklir Amerika di negaranya.

Warna politik Islam juga diperkaya dengan konflik Sunni-Syiah yang sudah berakar jauh ke masa lalu, berabad-abad silam.

Iran sebagai representasi Islam Syiah berseteru dengan Arab Saudi yang Sunni untuk mempertahankan hegemoni pengaruh di kawasan kaya minyak tersebut. Persaingan Iran-Arab Saudi sudah jauh merasuk, melintasi batas negara-negara tetangga di sekitar mereka.

Berkaitan dengan isu-isu yang dibahas, KTT Kuala Lumpur sebenarnya hanya mengulang masalah-masalah klasik saja.

Keluhan campur tangan kekuatan asing dalam konflik internal negara-negara di Timur Tengah; lemahnya persatuan negara-negara Islam; soal kedaulatan ekonomi; hingga masalah pengungsi yang berahun-tahun belum terselesaikan.

Hubungan negara Islam dengan kekuatan-kekuatan global juga pelik.

Membahas Uighur berarti harus berbicara juga kepentingan China, sementara membela Palestina akan berhadapan dengan Amerika sebagai sponsor utama agresi Israel.

Indonesia selama ini sudah cukup gencar menyuarakan kepentingan dunia Islam, baik secara diplomatis maupun aksi-aksi nyata.

Presiden Jokowi pernah menyempatkan diri bertemu dengan pengungsi Rohingya di Cox Bazaar, Bangladesh; mediasi konflik kepentingan di Afghanistan; dan lantang membela kemerdekaan Palestina di forum-forum internasional. 

Pemerintah juga berusaha keras menahan laju gerakan radikalisme dan intoleransi yang berpotensi menjadi proxy kepentingan asing untuk memecah belah persatuan umat Islam.

Di sisi lain, kehadiran Zakir Naik dalam KTT Kuala Lumpur ini menjadi pertanyaan besar yang harus disikapi. Panggung sekelas KTT terkesan menjadi kurang kredibel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun