Kata 'tenggelamkan' ini di Indonesia juga sudah menjadi seperti idiom; diterapkan untuk apapun yang tidak layak eksis.
Contohnya adalah koruptor yang mencuri dua kali. Kalau cuma satu kali mungkin mereka masih bisa dimaafkan, setelah dibui. Barangkali mereka hanya sekadar ikut-ikutan, terpengaruh lingkungan, atau karena lagi butuh uang.
Penulis curiga dengan Jokowi ketika membuat keputusan mengistirahatkan Susi, lulusan SMP yang konon pernah ditawar Rp 5 triliun. Ditawar untuk berhenti atau mengundurkan diri dari jabatan pembantu presiden.
Jangan-jangan Susi sedang dipersiapkan untuk posisi yang baru. Atau, bisa juga sedang dibangkucadangkan untuk sewaktu-waktu saat  reshuffle tiba dia memegang lagi jabatan kementerian.
Pengganti Susi adalah Edhy Prabowo, kader Gerindra yang 5 tahun kemarin menjadi oposisi.
Pada saat serah terima jabatan Susi tampak menaruh harapan agar Edhy dapat meneruskan misi menjaga laut dan kekayaannya. Tidak perlu menjadi pengekor, berbeda tidak apa-apa; asal semangatnya sama: memanfaatkan laut secara berkelanjutan.
Yang muncul ke permukaan ternyata tidak berimbang antara eksploitasi laut dengan konservasinya.
Memanfaatkan kapal pencuri ikan untuk nelayan mungkin masih oke. Sesuai keinginan Luhut Pandjaitan dan Jusuf Kalla. Tetapi mengobral benih lobster untuk dijual dan dibesarkan di Vietnam sungguh bukan kebijakan yang masuk akal. Memangnya Vietnam lebih jago dari kita? (Jangan-jangan memang begitu ya...).
"Lobster belum bisa dibibitkan secara artificial breeding. Semua hasil pemijahan di alam. Jadi kalau kita tidak jaga indukan juga juvenilenya maka cepat/ lambat akan punah. Plasma nuftah harus dilindungi oleh negara". (twitter.com; @susipudjiastuti, 6/12/2019).
Menurut Susi, benur lobster itu hingga saat ini belum dapat ditangkarkan. Benur yang kelak harganya bisa setara Harley Davidson ini hanya dapat diperoleh dari kemurahan alam.Â
Negara yang punya potensi benur pun mengawasi ketat jalur perdagangan agar jangan sampai lolos dilego atau diselundupkan ke luar. Hanya Indonesia yang malah mau melelang untuk dibudidayakan nelayan asing.
Rasanya tidak perlu mengutip sekian cercaan netizen dan penulis-penulis yang geram dengan kebijakan Edhy. Kawan separtainya sendiri, Fadli Zon, ikut-ikutan mendesak Edhy agar mempertimbangkan saran Susi.
Sy sarankan pd kolega sy Menteri Edhy Prabowo untuk mempertimbangkan masukan n kritik yg baik soal benih lobster. Jangan apriori walau datang dr manapun apalagi dr pendahulu @susipudjiastuti yg punya nasionalisme tinggi. Sy yakin Menteri Edhy Prabowo akan bijak bersikap. (twitter.com, @fadlizon, 17/12/2019).Â