Hasilnya, bagi yang paham biologi dasar, mudah diduga. Gen yang ada dalam tubuh penduduk Indonesia merupakan perpaduan dari aneka ras atau etnis yang ada di dunia.
Bahkan, tanpa tes semacam itu pun ada semacam keyakinan teoritis di kalangan ilmuwan genetika  untuk soal ini.
Seandainya di muka bumi ini hanya tertinggal cuma satu  etnis saja (akibat perang atau penyakit) maka dalam tempo sekian ribu tahun keragaman etnis akan pulih kembali!
Dengan kata lain genosida itu mustahil. Umat manusia saling berbagi informasi genetik di dalam dirinya sendiri.
Bertindak rasialis kepada orang lain atau dengan sengaja malah mendiskriminasi diri sendiri. Tidak ada gunanya dan bertentangan dengan sains modern yang dapat diverifikasi.
Identitas dalam konteks apapun tidak pernah ada yang tunggal. Pasti beragam. Oleh karena itu politik identitas pasti akan menemui jalan buntunya sendiri. Setelah tabrak sana tubruk sini.
Irisan antar elemen  itu sendiri  bahkan menimbulkan jauh  lebih banyak lagi keragaman.
Di kalangan suku Jawa agama yang dianutnya pasti beragam. Demikian juga orang Sunda, Bali, Tionghoa, Â Papua dan lainnya. Sebaliknya, dalam satu agama tidak ada satu etnis dominan yang berhak mengklaim sebagai representasi paling otentik dari agama itu sendiri.
Di sinilah letak pentingnya aturan main dalam berinteraksi. Â Kata kuncinya antara lain: toleransi dan kesetaraan.
Aturan yang menjamin agar setiap entitas mampu eksis setara. Duduk sama rendah berdiri sama tinggi.