Gagalnya migrasi suara konstituen tersebut  bisa terjadi karena elite partai yang kurang mengakar di grassroot, bisa juga karena partai sengaja bermain dua kaki. Erwin Aksa dari Golkar memutuskan mendukung kembali  kubu penantang, efeknya Sulawesi Selatan lepas ke tangan Prabowo-Sandi. Perpecahan di PPP dan PBB juga tampaknya berpengaruh pada tidak maksimalnya migrasi suara dari kedua partai tersebut.
Yang paling tragis adalah Hanura, partai yang setia mendukung Jokowi sejak ikut pilpres itu terpaksa kehilangan nyaris 4% suaranya dan berakibat gagal lolos dari zona degradasi. Dinamika internal mengakibatkan konsolidasi tim kampanye mereka selama pemilu legislatif menjadi tidak efektif.
Barangkali itulah hal-hal yang membuat Jokowi-Ma'ruf menahan diri. Menjaga perasaan kawan seperjuangan, juga mencegah memanasnya situasi karena kubu lawan tampak masih perlu waktu untuk memahami kekalahan yang dialaminya.
Petahana terpaksa menunda pesta.
***
Catatan:
Angka-angka perhitungan berdasarkan hasil hitung cepat Litbang Kompas (sampel masuk 99,95%) dan arsip Pemilu 2009Â dan 2014Â di Wikipedia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H