Jokowi-JK dan staf-stafnya yang justru secara mengejutkan mendadak hadir di acara tersebut dan kemudian jadi news: Jokowi punya nyali! Padahal rekomendasi para pembantu di lingkaran istana adalah  melarang hadir demi keselamatan presiden sendiri. Benar-benar koppig kalau kata Setya Novanto dalam percakapannya dengan Reza Chalid.
Pun di acara Reuni 212 tahun 2017, tidak ada berita atau komentar signifikan dari Sandi Uno. Yang ada adalah Fadli Zon dan Fahri Hamzah yang pada tahun sebelumnya absen.
Fenomena terbaru yang bisa kita cermati adalah tiba-tiba Cawapres Sandiaga Uno terekspose di media  berkomentar seolah-olah dia paham konsep acara Reuni 212 yang akan berlangsung.
Pertama, pernyataannya yang mengatakan bahwa Reuni 212 tidak bermuatan politik.
"Saya melihat bahwa tentunya reuni 212 bagian dari kegiatan silahturahmi  yang sudah digelar yang kedua. Saya tidak melihat muatan politik yang  besar di sini dan anggapan itu menguntungkan salah satu pasangan calon,  nggak juga."  (28/11, detik.com).
Bagaimana bisa Sandi mengatakan Reuni 212 tidak akan bermuatan politik sementara dia tidak punya rekam jejak di sana? Apakah Sandi sudah membaca proposal agenda acaranya?
Kapitera Ampera dan Ma'ruf Amin saja yang tergolong pentolan  212  kelas VIP tegas menolak reuni, sulit dipahami jika Sandi yang bukan siapa-siapa tiba-tiba berbicara hal yang substansial terkait kegiatan tersebut.
Dalam pernyataan yang lain Sandi Uno juga menyatakan keinginannya agar Prabowo dan Jokowi kembali melakukan adegan berpelukan seperti yang terjadi di TMII pada Asian Games. Harapannya adalah agar dapat menyejukkan dilihat oleh rakyat Indonesia.
Jokowi mungkin masih mau melakukan adegan ulang tersebut seandainya latar belakang scene-nya adalah Merah Putih. Tetapi seperti yang diberitakan oleh media, panitia reuni justru akan membentangkan  bendera  bertuliskan kalimat tauhid yang mirip bendera HTI. Apa iya Jokowi akan begitu?  Entah kalau Prabowo.
Dari sudut pandang kreativitas jelas keinginan Sandi tersebut juga sangat tidak inovatif, tidak ada gregetnya. Masak berpelukan melulu diulang-ulang. Sekali-sekali adu panco kek, Prabowo pasti berpeluang menang telak.
Petunjuk-petunjuk di atas tentu masih prematur, tidak berdasar, dan cacat logika jika langsung disimpulkan ada kaitan antara aksi jual saham Saratoga dengan acara Reuni 212 nanti. Perlu banyak tanda-tanda penguat dan bukti lain yang lebih meyakinkan.