Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

"Beternak Unicorn" dengan Bantuan MOOCs

7 April 2018   04:15 Diperbarui: 7 April 2018   05:36 1102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Illustrasi Unicorn (Sumber: marieguillaumet.com)

Unicorn adalah binatang legenda yang unik, wujudnya menyerupai kuda bertanduk satu.  Di era ekonomi digital saat ini, yang dimaksud unicorn adalah bisnis rintisan atau startup yang  nilai  investasinya  di atas   1 milyar USD atau sekitar  Rp 14 triliun.

Jumlah startup di Indonesia saat ini cukup banyak. Peringkatnya pun tidak kalah dari negara  lain di Asia bahkan dunia, baik dari segi kualitas maupun segi kuantitas. Dengan jumlah 1.705 usaha rintisan, Indonesia menempati  posisi keempat  setelah Amerika Serikat (28.794startup) , India (4.713startup), dan Inggris (2.971startup).

Selain unggul dari segi kuantitas, mutu startup merah putih juga membanggakan. Indikatornya, tercatat saat ini ada 4 unicorn di Indonesia.  Mereka adalah Go-jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.  Terbanyak jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.

 Ekonomi digital Rp 1.700 triliun

Jika nilai investasi unicorn yang belasan triliun rupiah, tentu potensi perolehan keuntungannya juga tidak main-main.

Target terdekat Menkominfo Rudiantara di tahun 2020 adalah lahirnya 44 unicorn baru. Itu berarti valuasi  investasi sekitar Rp 594 triliun dengan kurs 1 USD = Rp 13,500. Lalu darimana angka 44 itu asalnya? Angka 44 diperoleh dari seleksi terhadap kurang lebih 4% populasi startup saat ini, sedangkan angka 4% merupakan  rasio keberhasilan startup di dunia pada tahun 2017.

Total proyeksi nilai ekonomi digital  Kominfo sendiri di tahun 2020 sekitar  Rp 1.700 triliun atau 20% dari PDB (Produk Domestik Bruto). Luar biasa nilainya bagi perekonomian kita. Melihat potensi pertumbuhan startup yang ada saat ini, rasanya bukan hal mustahil bagi kita untuk mencapainya.

Walaupun  proyeksi investasi dan keuntungan ekonomi digital sangat besar, permasalahan yang kita hadapi juga tidak kecil. Masalah yang berkaitan dengan ekonomi digital antara lain adalah sumber daya manusia(SDM), infrastruktur, logistik, serta birokrasi dan regulasi.

Dari berbagai permasalahan di atas, masalah SDM adalah yang utama.  Dalam hal ini adalah SDM yang memiliki kompetensi di bidang teknologi informasi dan ilmu komputer (computer science) misalnya developer, programmer, cyber security, graphic designer, web content writer. Hasil investigasi Tempo.co, ranking kemampuan digital kita ada di posisi 59. Nomor empat di ASEAN setelah  Singapura (1), Malaysia (24), dan Thailand (41).

Ekonomi digital tentu sangat tergantung kelangsungan hidupnya pada  mereka yang melek teknologi digital. Tidak heran jika Indonesia saat ini harus mengimpor tenaga profesional  di bidang ITterutama dari India.

MOOC, solusi jangka pendek atas kelangkaan tenaga IT

Di era digital dimana saat ini kerangka berpikirnya adalah "there is no box", setiap orang dapat mengakses sumber belajar dari mana saja. Dengan bermodalkan komputer  atau smartphone (plus kuota atau WIFI) siapa pun dapat mempelajari berbagai hal dari internet.

Saat ini salahsatu sumber belajar yang dapat diakses secara online dikenal dengan sebutan MOOC  (Massive Open Online Courses) yaitu kuliah atau kursus online gratis yang bisa diikuti oleh siapa saja. Materi yang diajarkan dalam MOOC sangat beragam, selain ilmu komputer, ada juga materi tentang sains, kesehatan, parenting, bisnis, sejarah, hukum, hingga seni dan budaya.

Sistem belajar MOOC bersifat interaktif melalui forum di dalam website penyelenggara kuliah tersebut. Dalam forum tersebut pembelajar dari berbagai penjuru dunia dapat berinteraksi secara real time satu sama lain termasuk dengan pengampu materi.

Walaupun tanpa biaya (untuk kelas audit), kualitas materi dan kompetensi lulusannya tidak asal-asalan. Penyelenggara MOOC juga  berasal dari kampus-kampus top kelas dunia seperti yang tergabung dalam 8 Ivy League MOOCs, yaitu Harvard, Yale, Brown, Princeton, Darthmouth, Cornell, Pennsylvania, dan Columbia University.

Menurut Dhawal Shah, pendiri  www.class-central.com,  saat ini tersedia setidaknya 330 materi kuliah dari Ivy League MOOCs yang bisa diikuti secara online. Dari jumlah tersebut terdapat  13 mata kuliah Data Science, 16 mata kuliah Engineering, dan 25 materi kuliah Ilmu Komputer,  termasuk di dalamnya tentang programming language, cryptocurrency, machine learning, algoritma, dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence).

Di luar 8 kampus top dunia tadi, masih ada MIT, Stanford dan masih banyak lagi, termasuk dari negara-negara di luar Amerika Serikat. 

Indonesia juga memiliki MOOC yang membantu menyediakan tenaga profesional dalam industri digital, diantaranya Dicoding dan Codepolitan. Memang masih belum memadai jumlahnya. Pemerintah dalam hal ini dapat berperan untuk memfasilitasi penerjemahan materi kuliah MOOC yang spesifik berkaitan dengan teknologi informasi. Pemerintah juga dapat menyediakan beasiswa untuk mengambil sertifikasi kompetensi apabila diperlukan, misalnya sebagai lisensi untuk mengajar di materi-materi tertentu. 

Kurikulum Ilmu Komputer di Indonesia, solusi jangka panjang.

Menyadari dahsyatnya perkembangan teknologi IT, Amerika Serikat telah menyusun kerangka kerja kurikulum  Ilmu Komputer, dikenal sebagai  K12 Computer Science Framework. Visinya adalah memberi  landasan kemampuan berpikir bagi siswa sekolah melalui pendekatan ilmu komputer  untuk menyelesaikan masalah. Intinya, di era teknologi informasi ini siswa itu jangan sampai hanya jadi user saja, tapi juga harus menjadi creatordigital.

Gambar: Contoh konsep pembelajaran ilmu komputer (Sumber: K12 CS Framework)
Gambar: Contoh konsep pembelajaran ilmu komputer (Sumber: K12 CS Framework)
Penyusunanan kerangka kurikulum tersebut melibatkan sekolah, perguruan tinggi, lembaga-lembaga keilmuan, dan juga pihak swasta. Tercatat ada Microsoft, Google, Apple, Accenture, SAP, Blackrock, Expedia, dan Amazon.

Kita juga bisa melakukan hal yang sama di Indonesia. Memanfaatkan seluruh potensi yang ada, baik pihak pemerintah maupun swasta, kita dapat menyusun kerangka kerja penerapan ilmu komputer  ke dalam kurikulum pendidikan nasional. Semangatnya adalah bagaimana agar siswa Indonesia di masa yang akan datang menjadi inisiator-inisiator startup yang mampu menjadi unicorn baru kelas dunia.

Video: Belajar coding atau programming language tidak sulit katanya (Sumber: Youtube).

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun