2. Tidak semua kondisi stress itu buruk
       3. Stress berkepanjangan dapat membahayakan kesehatan
        4. Ada banyak cara  untuk mengelola stress
        5. Jika stress sulit ditaklukkan, mintalah bantuan tenaga professional.
Walaupun stress itu adanya di dalam pikiran (psikologis) tetapi bisa berpengaruh terhadap  berbagai kondisi tubuh kita (fisiologis). Dampak tersebut misalnya, menyebabkan sakit kepala, sulit tidur, gangguan pencernaan, kesedihan, jadi sensitif. Dan jika terjadi secara berkepanjangan, stress dapat menyebabkan efek yang lebih serius antara lain penyakit jantung, tekanan darah tinggi, gangguan sistem reproduksi, penurunan sistem kekebalan tubuh, hingga gangguan kesehatan mental yaitu depresi dan keterasingan.
Media sosial dan pengelolaan stress
Di zaman 'now' di mana internet dan aplikasi media sosial (medsos) sudah sedemikian merasuk ke dalam sendi-sendi kehidupan, apapun bisa berpotensi menjadi  sumber stress.  Dari masalah sehari-hari seperti  masalah pekerjaan, masalah sekolah (bagi siswa), lingkungan sosial; hingga yang lebih serius seperti pilihan politik dalam pesta demokrasi. Semua hal di dunia nyata terhubung ke dunia maya melalui beragam aplikasi seperti twitter, facebook, instagram, whatsapp, dan sebagainya.
Interaksi dalam aplikasi medsos sifatnya real time,tanpa batasan waktu dan geografis. Dan itu bisa menjadi sumber pemicu stress yang berlangsung lama.
Sudah banyak contoh, adu mulut di jagat maya berakhir di meja hijau. Â Padahal inti permasalahan yang disengketakan kadang-kadang tidak penting, atau setidaknya belum tentu begitu faktanya. Â Di negara kita, urusan berbeda pilihan klub sepakbola saja bisa menyebabkan kehilangan nyawa. Apa yang kurang tragis (konyol) dari itu.
Tingkat literasi yang rendah pada masyarakat kita menyebabkan keengganan untuk melakukan proses verifikasi yang kadang-kadang menguras otak dan menguji nalar. Segala yang unik, aneh, berbeda, segera menjadi viral dengan jurus hashtag # , viralkan! , ujung-ujungnya persekusi. Fakta yang disajikan dalam satu paragraf kalah oleh asumsi atau hoax yang cuma satu kalimat singkat. Apalagi jika fakta lengkapnya disajikan dalam sebuah buku, mana mau kita dengan sabar menelaah hingga tuntas.
Nah, apa mau nanti di tahun 2018 kita terus terusan menderita stress berbulan-bulan gara-gara katanya itu tahun politik? Pilihan partai boleh beda, koalisi boleh beda, tapi jangan sampai tubuh sendiri yang menderita. Lha yang mau jadi gubernur siapa, yang sakit jantung siapa..., yang mau jadi presiden siapa, yang masuk rumah sakit siapa....