Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Resolusi di Tahun Politik, Mengelola Stres dengan Lebih Baik

29 Desember 2017   03:38 Diperbarui: 25 Juli 2018   03:44 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi stress (Indianexpress.com).

Sejak Agustus lalu Presiden Jokowi sudah mengingatkan bahwa tahun 2018 adalah tahun politik. Hal ini berkaitan dengan adanya Pilkada serentak pada tanggal 27 Juni 2018 dan tentunya persiapan Pilpres tahun 2019.

Sejatinya, proses pemilihan pejabat publik pada level apapun merupakan pesta demokrasi, media katarsis untuk menyalurkan aspirasi tentang bagaimana caranya kita membangun tanah air tercinta, NKRI.

Namun menurut pengalaman tempo hari, alih-alih pesta yang kita harapkan, malah pertengkaran (berlarut-larut) yang justru kita dapatkan.  Dan yang namanya pertengkaran, tentu akan menguras energi mental dan fisik --termasuk duit-  yang ujung-ujungnya dapat menimbulkan stress yang berkepanjangan.

Stress..., siapa sih yang tidak pernah stress

Stress,  sederhananya adalah suatu kondisi  di mana perasaan kita tertekan oleh sesuatu dan menyebabkan tubuh mengeluarkan hormon untuk  meresponnya. Hormon itu antara lain, adrenalin, noradrenalin, dan hormon kortisol.

Tubuh mensekresikan hormon-hormon tadi  sebagai sinyal, aba-aba, agar secara fisik tubuh kita siap siaga terhadap segala sesuatu yang mungkin terjadi. Efeknya,  saraf simpatis aktif, detak jantung meningkat, tekanan darah naik, energi meningkat dan pupil mata melebar. Sebaliknya, saraf parasimpatis akan kurang aktif yang berakibat menurunnya aktivitas sistem perncernaan.

Pokoknya, stress itu bawaanya ngamuk-ngamuk dan hilang nafsu makan, begitu kira-kira.

Banyak orang memandang stress secara negatif. Faktanya, stress adalah salah satu anugerah Tuhan yang bermanfaat,  antara lain yaitu agar kita waspada terhadap ancaman dan gangguan yang ada di hadapan kita. Stress  memandu manusia untuk dapat bertahan hidup dan berevolusi  menghadapi tantangan alam dan lingkungan.

Tetapi, berbeda halnya jika seseorang mengalami stress yang overdosis. Stress menjadi berbahaya apabila terjadi secara intens dan berkepanjangan karena hal itu akan menyebabkan gangguan keseimbangan hormon di dalam tubuh. Untuk itu ada baiknya kita mengenal  sedikit  tentang stress agar dapat mengelolanya  sehingga dapat diubah menjadi energi untuk berprestasi.

Menurut NIMH, National Institute of  Mental Health,  ada setidaknya 5 hal yang harus kita ketahui berkaitan dengan stress. Kelima hal tersebut adalah:

               1. Stress mempengaruhi setiap orang

               2. Tidak semua kondisi stress itu buruk

              3. Stress berkepanjangan dapat membahayakan kesehatan

               4. Ada banyak cara  untuk mengelola stress

               5. Jika stress sulit ditaklukkan, mintalah bantuan tenaga professional.

Walaupun stress itu adanya di dalam pikiran (psikologis) tetapi bisa berpengaruh terhadap  berbagai kondisi tubuh kita (fisiologis). Dampak tersebut misalnya, menyebabkan sakit kepala, sulit tidur, gangguan pencernaan, kesedihan, jadi sensitif. Dan jika terjadi secara berkepanjangan, stress dapat menyebabkan efek yang lebih serius antara lain penyakit jantung, tekanan darah tinggi, gangguan sistem reproduksi, penurunan sistem kekebalan tubuh, hingga gangguan kesehatan mental yaitu depresi dan keterasingan.

Media sosial dan pengelolaan stress

Di zaman 'now' di mana internet dan aplikasi media sosial (medsos) sudah sedemikian merasuk ke dalam sendi-sendi kehidupan, apapun bisa berpotensi menjadi  sumber stress.  Dari masalah sehari-hari seperti  masalah pekerjaan, masalah sekolah (bagi siswa), lingkungan sosial; hingga yang lebih serius seperti pilihan politik dalam pesta demokrasi. Semua hal di dunia nyata terhubung ke dunia maya melalui beragam aplikasi seperti twitter, facebook, instagram, whatsapp, dan sebagainya.

Interaksi dalam aplikasi medsos sifatnya real time,tanpa batasan waktu dan geografis. Dan itu bisa menjadi sumber pemicu stress yang berlangsung lama.

Sudah banyak contoh, adu mulut di jagat maya berakhir di meja hijau.  Padahal inti permasalahan yang disengketakan kadang-kadang tidak penting, atau setidaknya belum tentu begitu faktanya.  Di negara kita, urusan berbeda pilihan klub sepakbola saja bisa menyebabkan kehilangan nyawa. Apa yang kurang tragis (konyol) dari itu.

Tingkat literasi yang rendah pada masyarakat kita menyebabkan keengganan untuk melakukan proses verifikasi yang kadang-kadang menguras otak dan menguji nalar. Segala yang unik, aneh, berbeda, segera menjadi viral dengan jurus hashtag # , viralkan! , ujung-ujungnya persekusi. Fakta yang disajikan dalam satu paragraf kalah oleh asumsi atau hoax yang cuma satu kalimat singkat. Apalagi jika fakta lengkapnya disajikan dalam sebuah buku, mana mau kita dengan sabar menelaah hingga tuntas.

Nah, apa mau nanti di tahun 2018 kita terus terusan menderita stress berbulan-bulan gara-gara katanya itu tahun politik? Pilihan partai boleh beda, koalisi boleh beda, tapi jangan sampai tubuh sendiri yang menderita. Lha yang mau jadi gubernur siapa, yang sakit jantung siapa..., yang mau jadi presiden siapa, yang masuk rumah sakit siapa....

Jadi, santai sajalah dalam berinteraksi di medsos, kalau perlu berdebat, berkampanye gunakanlah kata-kata yang sehat dan wajar. Kurang greget memang, tapi itulah resolusi kita di tahun politik 2018, yaitu mengelola stress dengan lebih baik. Reward-nya jantung jadi lebih awet!

Sumber: 

- 5 Things You Should Know About Stress (www.nimh.nih.gov).

- Jokowi: 2018 Tahun Politik, Kebijakan Menteri Harus Memihak Rakyat (www.detik.com).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun