Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Portofolio Sebulan di Kompasiana

14 Agustus 2010   05:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:03 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

14 Juli, sebulan lalu, saya mendaftarkan diri bergabung di Kompasiana. [caption id="attachment_225698" align="alignright" width="250" caption="...tidak lama setelah interview...(sumber : http://madcaponline.com)."][/caption] Setelah melalui serangkaian ujian, mengisi rupa-rupa formulir, dan tes wawancara, akhirnya diterimalah saya di Kompasiana ini. Pak Edmin yang ketika itu menjadi ketua panitia rekruitmen. Saya dipanggil ke ruangannya, segera setelah proses-proses administrasi diselesaikan. "Silakan duduk," sambut Pak Edmin ramah sekali,"Selamat bergabung di Kompasiana Nak! Mulailah berkarya dengan rajin dan tekun. Usahakan seorisinil mungkin, dan jangan sekali-kali kopi paste karya orang lain yaa! Apalagi sesama kompasianer, karena ketauannya lebih cepat. Juga jangan sekali-kali bikin gaduh dan jauhilah perbuatan yang memancing onar atau mencari gara-gara." Kurang lebih begitu pesannya kepada saya. Lalu kamipun berjabatan tangan, terlalu erat, sehingga tangan saya agak linu. "Eeee...maaf Pak, mengenai biaya pendaftaran, terus biaya fasilitas-fasilitasnya, bagaimana Pak?" "Oooo...Hahahahaaaa...!!" Pak Edmin malah ketawa terbahak-bahak. "Di sini semuanya gratis Nak, tidak ada biaya sepeserpun! Tidak usah ragu-ragu, tak usah sungkan-sungkan, silakan manfaatkan sepuasnya. Malah kalau ada kesulitan-kesulitan, jangan segan hubungi kami Nak" jawabnya sambil tersenyum. Selanjutnya saya diantar berkeliling sebentar di ruangan utama. Ada ruang untuk etalase, menampilkan karya-karya kompasianer terbaru. Ada pula ruang VIP untuk tamu kehormatan dan para juru warta, mereka adalah para selebritisnya Kompasiana. Ruangan ini nampak dari mana-mana, seperti akuarium. Segala aktivitas mereka di ruangan ini dapat terlihat dari luar. O ya, kita pun bisa mengajak berteman dengan mereka, walaupun mereka belum tentu mau diajak temenan sama kita. Harap maklum, sebagai orang-orang penting, mereka sibuk sekali. Apapun yang mereka sentuh harus dilakukan dengan kecepatan optimum. Tidak jauh dari situ, ada ruangan transit buat kompasianer baru seperti saya, bersebelahan dengan ruang untuk kompasianer teraktif. Waktu itu saya lihat Pak Katedra Rajawen dan kawan-kawan sedang asyik mengetik, tampak aktif sekali. Namanya juga kompasianer teraktif, heheheeee....

***

Sendirian, segera saya benahi kamar kerja saya.

Berbagai peralatan saya amati sambil menebak-nebak guna dan manfaatnya. Foto diri di depan pintu saya pasang sebagai pengenal identitas, agak buram karena saya cropping dari foto entah apa. Sewaktu mau mengisi perihal keterangan pribadi, agak bingung saya mengisinya. Dengan kalimat bagaimana saya harus mendeskripsikan kepribadian saya? Takut terkesan angkuh, atau romantis, atau malah konyol. Ya sudahlah, saya isi seadanya saja. Belakangan, itu pun saya ganti lagi beberapa kali. Rupanya kita selalu tidak yakin dengan kepribadian kita sendiri. Saya, maksudnya.

Selagi mengisi ini dan itu, seorang gadis (?) menghampiri. Mariska Lubis namanya. Setelah berkenalan sebentar Ia memberikan buku panduan tambahan kepada saya agar dapat menyesuaikan diri secara lebih baik. Saya pikir itu bukunya dia, ternyata itu dari Engkong Ragile. Makasih semuanyaa....

Saya juga kadang-kadang nanya sama Bang Asrul kalau ada sesuatu yang ngga ngerti. Bang Asrul pun baik juga orangnya. Pembawaannya selalu optimis walaupun mula-mulanya curiga sama saya. Waktu saya tanya "Bang, tag itu gunanya apa yaa?" Bang Asrul malah balik nanya "You mau nguji apa betulan kagak tau?" Hahahahaaa.... Saya sempat keder juga jawabnya ditanya balik begitu, emang saya tidak tahu beneran waktu itu, sumpah!

Setelah saya selidiki seluk beluknya, rupanya tag itu berkaitan dengan kekerabatan isi tulisan. Jika suatu kata atau frase digunakan sebagai tag dalam 2 (atau lebih)  tulisan, secara otomatis tulisan yang mengandung tag yang sama akan ditampilkan sebagai tulisan terkait pada halaman tulisan yang sedang kita baca itu.

Hal ini dapat kita manfaatkan untuk keperluan promosi tulisan tertentu yang ingin kita tonjolkan. Sedikit lebih canggih dari metode menempelkan stiker (link) secara manual yang didakwa sebagai tindakan spamming oleh sebagian kompasianer.

Sebagai contoh, misalnya, saya ingin mempromosikan tulisan "Lapak-Lapak Digital", saya buatlah judul itu sebagai tag di tulisan yang bersangkutan dan tulisan-tulisan lain yang saya punya. Efeknya, tulisan tersebut akan dimunculkan sebagai tulisan terkait pada halaman tulisan-tulisan saya yang lain. Begitu pula jika ada tulisan orang lain yang menggunakan tag yang sama.

Popularitas tag itu pun tergantung pula seberapa banyak tag itu digunakan. Semakin banyak, maka ukuran tulisan tag itu (di halaman profil kita) akan semakin tumbuh besar pula. Kalau tidak percaya, cobalah lihat di halaman profil saya. (...kalau sudah tahu ga usaah...! ).

Sebagai gambaran, begitulah kira-kira kegiatan saya diawal-awal bergabung dengan Kompasiana.

***

[caption id="attachment_225707" align="alignleft" width="201" caption="...heheheee lagi pusing ya mas?(sumber: http://www.southdacola.com)"][/caption]

Waduhhh, pusing juga ternyata kalau mau bikin tulisan.

Kadang-kadang ada ide tetapi tidak tahu bagaimana menuliskannya. Kadang-kadang tahu cara menuliskannya, tetapi idenya yang tidak ada. Kadang-kadang, baik ide maupun cara menuliskannya sama-sama tidak ada..... (**gubrakkkk...**).

Kalau begini terus-terusan, bagaimana mungkin mau menggeser tahta Pak Katedra yang nge-post tulisan beberapa kali sehari. Seperti minum obat saja layaknya.

Hingga saat tulisan ini diketik, saya ternyata baru posting tulisan 12 biji saja. Jauh kalah produktivitas dibanding kawan-kawan lain, walaupun ada yang lebih sedikit. Bahkan ada juga yang belum mengirim hatta satu titik pun! Heran saya.

Tulisan pertama yang saya kirim adalah Ancaman "Bad Sector" dalam Otak Kita.

Awalnya tulisan ini saya buat di facebook. Susah sekali mencatat di facebook. Tulisannya kecil-kecil, dan untuk beberapa fungsi seperti tebal, atau miring, harus menggunakan bahasa html. Ribet.

Tetapi saya jadinya tahu sedikit-sedikit mengenai html. Adapun isi dari artikel tersebut adalah tentang manfaat menulis bagi kita, yaitu untuk melatih dan mengaktifkan sel-sel otak. Selain tentu saja berbagi informasi atau ilmu yang menjadi isi tulisan tersebut. Untuk lebih lengkapnya, silakan baca sendiri.

Berikutnya adalah tulisan "Berbisnis Polisi". Sebenarnya tulisan ini lebih merupakan latihan menampilkan gambar dan latihan nge-link. Ternyata setelah saya hitung-hitung kecepatan dan kemudahannya, lebih gampangan di Kompasiana daripada di facebook. Belakangan, prosedur yang saya pilih yaitu nulis dulu di Kompasiana, baru kemudian dibagikan link-nya di facebook.

Setelah lumayan mahir, pada kesempatan selanjutnya, saya publikasikan  Motivasi Mengalir dalam Tubuh Anda. Kalau yang ini beda lagi.

Sebelumnya, tulisan ini saya ketik dahulu dengan MS Word, lebih serius karena banyak data yang harus saya telusuri dulu. Maklum mau saya kirim ke media, namun 'ga jadi dimuat karena tidak aktual heheheee... Setelah selesai diketik, baru saya kopi paste ke format di Kompasiana. Ini kopi paste ketikan sendiri lhoo...!

Lanjut.

Saya pernah juga mencoba menulis langsung menggunakan format di Kompasiana dalam tulisan "Menyoal Rusdianto yang Menyoal Nama Alias". Saya pisah dua bagian, walaupun sebenarnya isinya singkat. Hal ini disebabkan karena kalau menulis langsung itu lebih sulit (maksudnya langsung dari ide yang masih gelondongan).

Setelah selesai bagian satu, ingin rasanya di cut aja karena mood-nya keburu hilang. Tetapi berhubung sudah terlanjur saya tulis bersambung, maka besoknya tulisan itu saya lanjutkan ke bagian dua. Ini menyangkut tanggung jawab profesional hahahahaaaaa...

Lepas dari jerat tulisan Bang Rusdi, saya coba ngepost lagi tulisan yang sedikit serius, judulnya "Terapi Gen, Harapan yang Kian Dekat". Kalau menurut Mamak Ketol berat katanya. Ya iya juga siih...Saya juga kepayahan bikinnya, yang baca juga pasti jadi sulit ngikutinnya.

Yang saya ingat, waktu posting tulisan itu ternyata terjadi kemacetan begitu. Seperti paper jam kalau dalam khazanah problematika printer. Saya ulang beberapa kali (4 kali) begitu terus, dan saya sendiri tidak bisa mengakses artikel yang saya publikasikan tersebut. Anehnya ada juga beberapa teman yang bisa baca ternyata! Padahal sudah saya umumkan permohonan maaf sebab tulisan itu hanya bisa dibaca judulnya saja.

Solusinya, saya kutak katik di dashboard dan manage, saya hapus postingan sebelumnya, baru saya kirim lagi. Alhamdulillah berhasil, walaupun saya tidak habis pikir juga, mengapa kejadiannya bisa demikian.

Setelah peristiwa itu, tulisan-tulisan seterusnya lancar-lancar saja. Kecuali pada waktu saya coba nekat mau ikutan lomba iB Blogging Day yang heboh itu, masih ingat kaan?

Waktu itu tulisan saya "Lapak-Lapak Digital" memang tidak bisa diunggah. Tetapi kalau yang ini saya ngerti masalahnya, karena server yang kewalahan, ibarat jalan sempit digunakan oleh banyak mobil, jadinya ya mampet.  Kecewa juga perasaan saya waktu itu. Hal mana kemudian menginspirasi saya untuk menulis "Hadiah Hiburan Buat Kompasianer".

Tulisan saya yang terakhir "Retak Rekat Bangsa oleh Media" malah sempat bertengger di headline. Bangga juga rasanya tulisan masuk kotak HL heheheeeee..... Semoga kru-nya Pak Edmin ketagihan (atau kelupaan) naruh di situ terus.

***

Hantu mampet ide kayaknya yang lalu bikin ide-ide jadi pada hang. Pasca kiriman terakhir tanggal 5 Agustus ini, blass tidak ada lagi tulisan yang saya posting hingga satu bulan habis menguap. Atau barangkali gara-gara HL saya jadi over ge'er juga yaa....heheheeeee.

Hari-hari kosong tulisan itu saya isi dengan menjadi pengamat fulltime. Saya kasih komentar ke tulisan orang atau nge-rating, atau menambah-nambah jumlah teman. Sepengamatan saya, rupanya orang-orang senang kalau tulisannya dikasih komen atau nilai (yang bagus) oleh kita. Sejujurnya saya juga tidak begitu berbeda, walaupun pernah saya ungkapkan dalam tulisan "Write Like Nobody will Rate You" bahwa saya menulis ya menulis saja. Selesai. Bahkan saya lebih berharap kalau seandainya ada kompasianer yang sudi untuk repot-repot kasih masukkan atau saran yang sifatnya membangun. (...klise amat yaa...).

Sekali-sekali kadang saya juga pantau seberapa jauh peredaran tulisan saya di jagat maya ini. Misalnya ketika saya coba sidak pada waktu memublikasikan "Narsisnya Kompasianer".

Lumayan ada hasilnya, walaupun belum ada indikasi tulisan saya dikopi paste secara zhalim seperti yang sekarang-sekarang ini lagi hangat dibicarakan. Jadi gegeran malah (atau ger geran hahahahaaa....), sehingga beberapa tokoh kompasianer mengusulkan agar dibikinkan saja semacam satgas.

Wah, nanti ada posko juga dong, lumayan, suasana jadi tambah ramai. Tapi yang paling penting semua merasa senang dan tenteram.

Terakhir, seperti dalam tulisan "Thou", saya berharap, saya, kita semua dapat menemukan tujuan atau manfaat yang hakiki selama berkegiatan di Kompasiana ini. Dengan begitu waktu dan berbagai hal yang kita korbankan dapat beralih menjadi manfaat lain yang kembali pada kita.

Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun