Mohon tunggu...
Agung Saputra
Agung Saputra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

hobi saya bermain futsal

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Edukasi Dua Tokoh Pendiri Ormas Islam di Indonesia Yang Berbeda Perspektif

25 Desember 2024   06:00 Diperbarui: 25 Desember 2024   06:00 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Pada waktu itu, pengajaran masih dilakukan dengan sangat sederhana di surau-surau dan pondok pesantren tradisional yang hanya mengajarkan tentang materi keagamaan tanpa mengajarkan tentang ilmu pengetahuan umum. Didorong dengan kondisi ini, KH Ahmad Dahlan pun terpanggil untuk melakukan pembaruan dalam gerakan Islam di Indonesia. Adapun pembaruan yang dilakukan KH Ahmad Dahlan adalah mengambil peran dalam mengembangkan pendidikan Islam dengan melakukan pendekatan yang lebih modern. Gagasan pemikiran tersebut didapatkan ketika dia bermukim di Mekkah selama lima tahun untuk menimba ilmu agama sejak 1888 hingga 1903.[5]

 

Berbeda dengan halnya KH. Hasyim Asy'ari, yang latar belakangnya berbasis pondok pesantren, yang pada masa itu masih menggunakan sistem pembelajaran tradisional. Namun untuk pemikiran, walaupun menggunakan sistem pembelajaran tradisional tidak kalah dengan pendidikan ilmu pengetahuan. Beliau menerapkan landasan aswaja di NU untuk menyeimbangkan kesetaraan pada kadar keilmuan. NU itu dulu memiliki nama lailatul ijtima'iyyah, dikarenakan para ulama pada masa itu berkumpul di malam hari membahas tentang agama. Beliau menerapkan budaya tradisional secara moderat tanpa adanya membawa keekstriman. Sebagaimana yang di katakan Imam Hasan Basri: "Mengedepankan Kultural Agama secara Moderat tanpa membawa keekstreman"

 

Dari sinilah sudah terlihat bahwa pemikiran antara KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasym Asy'ari berbeda dari sisi tujuan untuk memberikan pembaharuan terhadap sejarah islam. KH. Ahmad Dahlan memiliki tujuan untuk mengajak kepada umat islam supaya selalu berpegang teguh kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup, sementara KH. Hasyim Asy'ari itu juga tetap berpegang teguh dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah, namun beliau juga mengikuti para Empat Imam Madzhab yang menjadi landasan Ahlu Sunnah Wal Jama'ah.

            Kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai perbedaan antara NU dan Muhammadiyah ialah bagaimana cara mereka berpandangan untuk memperbaharui sejarah islan di Indonesia. Setiap seseorang memiliki pemikiran masing-masing untuk merancang konsep-konsep kedepan dengan pendidikan yang ia pernah dapatkan, itu semua boleh jadi bisa diambil dari pengalaman-pengalaman selama mereka berpendidikan di luar negri yang pernah terkoneksi pemikirannya dengan yang lain, dan tentu ini menjadi bagian kenormalisasian terhadap umat islam yang mungkin pada masa itu masih terombang ambing dan tidak kunjung mendapatkan arah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun