Mohon tunggu...
Agung Fath Pratama
Agung Fath Pratama Mohon Tunggu... Penulis - tholabul Ilmi

seorang musafir yang sedang transit di dunia, menuju kampung halaman ( akhirat )

Selanjutnya

Tutup

Diary

Mindset Akhirat ( cara memandang kehidupan )

26 Desember 2023   17:15 Diperbarui: 26 Desember 2023   22:44 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya menulis tulisan ini sebagai pengingat, untuk diri ini yang mudah lupa dan lalai, serta untuk siapapun yang merasakan hal yang sama.

Jika kita melihat 100 tahun kebelakang, maka kita tidak akan menemukan suatu zaman yang dimana segala perhiasan didunia hampir hampir menyihir setiap mata yang memandangnya ( zaman ini ). Banyak diantara manusia yang seperti lalat dalam menyikapi dunia, ketika dirinya mencari hanya sekedar kebutuhan hingga dia menenggelamkan tubuhnya kedalam toples berisi madu karena tamaknya, lihatlah tubuh lalat tersebut lengket dengan madu. sayapnya  basah dan menempel. sehingga jadi tidak bisa terbang, bahkan tidak mampu bergerak. 

itulah sifat serakah. kalau saja lalat itu mau mengambil seperlunya saja madu itu, tentu saja dia tidak akan terjebak pada kesulitan itu. begitu juga dengan manusia, berapa banyak dizaman ini yang begitu tergiurnya dengan harta benda dunia yang terbentang luas. diantara mereka kerja pagi,siang,malam. harta yang mereka dapat ditumpuk tumpuk, mereka mendapatkan kelezatan yang tidak sesuai dengan apa yang dikorbankan.

Mindset Akhirat. . .

Untuk membuat kita sadar, mengapa kita ada didunia ini. . .

Allah menciptakan dunia ini sebagai tempat ujian untuk manusia. Kekayaan, ketampanan/kecantikan, dan jabatan adalah bagian dari ujian. Maka dari itu ada yang Allah uji dengan semua itu, dan ada juga yang tidak uji dengan hal itu. maka berbahagialah yang tidak diuji dengan hal itu, walau di dunia kita miskin, biasa, dan tak terpandang.

Hidup di dunia pasti akan merasakan kematian. Orang yang sadar tentang hal itu, maka dirinya tidak akan menumpuk numpuk harta benda ( karena akan ditinggalkan ), dan sibuk mengumpulkan amal shalih ( banyak berbuat baik ) dengan cara beribadah ( sholat,puasa,infaq,berakhlak mulia dll ) maka dia akan tenang dan nyaman dalam hidup, karena dia tidak ikut ikutan dalam perlombaan mengumpulkan harta benda dunia yang akan ditinggalkan ( sebab kita akan mati ).

Perlombaan dalam mengumpulkan harta benda duniawi tidak akan pernah usai, dia akan sibuk mencarinya, memikirkannya, menjaganya, dan takut kehilangannya. Padahal ketika dia mati, semua itu akan menjadi milik ahli waris. Maka benar, sungguh orang yang paling merugi didunia adalah orang yang mencintainya dan menjadikan setiap waktunya untuk menghamba padanya. Setiap harta yang diusahakan akan dihisab/ dipertanggung jawabkan kelak diakhirat. Di dunia sedikit sekali dia menikmatinya, karena kematian yang segera menjemputnya. 

Maka, jadilah hamba Allah. Allah berjanji akan memberikan kehidupan yang baik didunia untuk hambanya yang beriman dan taat.

sebagaimana firmannya:

" Barangsiapa mengerjakan kebaikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan  akan kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. "

( Q.S An nahl: 97 )

Satu lagi, tentang Mindset Akhirat. . .

Ketahuilah, menukar kesenangan dunia dengan akhirat ( surga ) adalah kebodohan. seperti halnya kita mengambil sebiji jagung yang terlihat depan mata, dengan permata yang ditunda kelak pemberiannya. Apa yang membuat para Ulama, orang shalih, atau para syuhada ( orang mati syahid ) merelakan hidupnya untuk taat terhadap perintah Allah, karena mereka tahu bahwa yang dia tunda kesenangannya didunia adalah sesuatu yang kecil, kesenangan yang sedikit. dan Yang dia sedang tunggu serta nantikan adalah balasan yang sifatnya kekal abadi selama lamanya. Maka jika dirimu kaya didunia, berapa lama dirimu bertahan didalam kekayaan ( selama dirimu hidup saja kan didunia, habis itu mati ), sedangkan di akhirat ( surga ) dirimu akan memperoleh kenikmatan abadi selama lamanya. Benar, yang membuat kita tidak tergerak dalam mengejar akhirat adalah minimnya pengetahuan kita, sedikitnya literasi tentangnya. Akan tetapi, saat dirimu membaca tulisan ini, artinya dirimu masih hidup. Belum terlambat untuk mencari tahu, dan juga menjadi manusia yang berbahagia didunia dan akhirat. 

Semoga bermanfaat, mohon maaf jika banyak kesalahan dalam pemilihan diksi, dan lainnya. wassalam . . .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun