Mohon tunggu...
Agung Prastowo
Agung Prastowo Mohon Tunggu... -

Aktif di Wisdom Indonesia - Banggain Daerahmu, Cintain Indonesiamu.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Aku Hanya Tak Sabar

13 Juni 2016   19:48 Diperbarui: 13 Juni 2016   20:09 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku hanya tak sabar menunggumu tumbuh. Menunggumu berdaun hijau dan berakar kuat.

Setiap kali kulihat kamu masih goyang diterpa hujan, aku kecewa. Kuanggap kamu terlalu lemah, lama untuk sekedar tumbuh.

Ketika panas berhari-hari hari daunmu layu, aku malas membawakanmu air. Kubilang manja kamu. Sebesar itu tak bisa survive hanya dengan panas Matahari.

Begitu hari- hari kuperlakukan kamu dengan sedewasa aku berfikir. Menurutku kamu bisa jadi apa yang ku harapkan, bahkan lebih cepat dari itu.

Aku lupa bahwa ada jiwa di dalam dirimu. Di tunasmu. Di daunmu. Di akarmu, yang tak bisa ku paksa agar cepat tumbuh seperti cita cita ku.

Kamu lelah, berhenti tak sampai berkembang. Aku juga malas menunggu kamu cantik terlalu lama.

Kita lalu hidup dengan keinginan masing-masing masing.

Lalu kita tak saling sapa lumayan lama.

Suatu hari aku menemuimu sudah makin anggun. Akarmu sudah benar benar dalam. Batangmu kini kelihatan bernutrisi. Daunmu, rindang menyejukkan.

Aku tak menyangka kamu bisa begini menawan. Jauh dari apa yang pernah kumimpikan dulu, saat aku merawatnya.

Di beberapa sudut bahkan kamu sudah berkelopak. Ujung ujungnya mulai bersemi buah- buah kecil yang tak akan lama datang masa panen.

Aku makin heran,
Dan menyesal.

Padahal saat kutinggal beberapa waktu lalu kamu masih lusuh. Jangankan bersolek, berkaca saja tak pernah. Wajar kalau banyak tumbuhan kanan kiri komplain karena penampilanmu tak tertata.

Tapi sekarang ini, aku seperti melihat bunga sungguhan.

Aku tak mungkin menginterogasi, karena dulu aku acuh meninggalkanmu dengan banyak makian. Cukup aku tau, lalu coba cari tahu siapa yang membuatmu secantik ini. Jelas aku gengsi kalau harus bertanya.

Saat kubelai daunmu dan berpura pura menyapa selamat pagi, ada seekor anjing yang menghampiriku. Kulihat anjing itu tak seperti biasa.

Meski begitu aku tetap takut sama anjing. Aku berlari, dan T anpa sengaja daunmu tersenggol jatuh. Anjing itu diam, tak sedikitpun menggonggong meskipun aku orang baru yang belum dia kenal.

Aku berhenti.

Anjing itu menyibak daunmu yang jatuh ke tanah. Dengan lembut dia rapikan di bawahnya agar jadi humus. Begitu sabar dia. Beda dengan aku yang pemarah dulu saat merawatmu.

Bertahun tahun kamu sebagai bunga, tak kusangka kalau sekarang kamu bisa bicara. Entah darimana kamu tahu bahasa manusia. Aku semakin kagum dengan siapa yang merawatmu hingga begini.

“Pergilah mas, aku sudah bisa tumbuh seperti harapnmu. Meskipun aku sudah kehabisan waktu untuk membuat kamu senang, tapi aku akan belajar menghargai siapa yang merawatku hingga begini”.

Gubrak.., aku makin trenyuh.

Kulihat anjing itu terus disampingmu. Menjagamu meskipun aku tahu sekarang kamu sudah kuat, sudah dewasa sekali, dan tahu persis betapa beruntung yang akan memetikmu kelak.

Tpi aku sudah tak bisa merawatmu. karena jelas kamu bilang pergilah.

Aku pun gontai.
Terpaksa pergi dengan hancur.

Harapanku sebenarnya kusematkan padamu sejak pertama aku merawatmu. Aku menitipkan sebagian dari jiwaku padamu, dulu saat kamu bersedia kurawat dengan apa adanya. 

Sekarang aku bahkan takpunya kesempatan untuk sekedar memandangmu yang merona. Karena anjing itu lebih kau percaya menjaga sehari hari.

Aku menyesal,
Hanya karena aku tak sabar.

Jakarta, 13 Juni 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun