Untuk  karya non fiksi semua yang ditulis harus berdasarkan sumber yang jelas, narasumber yang harus dapat dipertanggung jawabkan.
Seorang penulis harus bisa membedakan naskah fiksi dan non fiksi, karena akan berpengaruh pada anatomi buku yang harus dibuat pada konsep naskahnya. Semua bisa menulis dua genre ini  asal mau belajar dan tak bosan berlatih.
"Bagaimana, Arman. Apakah sudah bisa memahaminya,? tanya bu Ernawati.
"Sudah paham, bu," jelas Arman
Kemudian bu Erna menjelaskan lagi bahwa menulis buku itu butuh waktu yang panjang. Jangan takut pada ketidaksempurnaan dalam menulis. Jadilah penulis yang terus belajar. Pantang berputus asa, terus menulis untuk menghasilkan karya. Kuatkan niat dan jangan bercita-cita punya karya namun tidak mau berusaha untuk menulis.
Kebanyakan penulis pemula kebingungan dalam menulis pertama kali, naskahnya mau ditulis menjadi buku fiksi atau buku non fiksi.
Langkah selanjutnya membuat rancangan karya diawal. Misalnya membuat mind maping atau peta pemikiran agar semua design naskah terlihat jelas dalam sebuah peta gambar. Membuat outline berupa tabel-tabel per bab, serta setiap tabel ada inti pembahasannya. Guna outline adalah saat menulis berhenti dipertengahan atau stuck kita bisa kembali ke outline. Ketika buntu banyak membaca referensi agar ide kembali datang.
Panjang lebar bu Ernawati menjelaskan tentang pengertian fiksi dan non fiksi. Arman dan teman-temannya yang sedang belajar secara daring nampak sudah mulai memahaminya.
Pojok Kelas/2 September 2022
Agung Pramono
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI