Salah satu contoh penerapan prinsip arete dan sintesis aposteriori dapat dilihat dalam audit perusahaan migas yang beroperasi di bawah skema Kontrak Bagi Hasil (Production Sharing Contract/PSC). Dalam kasus ini, auditor harus memiliki pemahaman mendalam mengenai regulasi yang mengatur mekanisme cost recovery, profit split, dan kewajiban perpajakan terkait. Skema PSC memungkinkan perusahaan untuk mengklaim pengembalian biaya operasi sebelum keuntungan dibagi antara perusahaan dan pemerintah.
Penerapan arete tercermin dalam kemampuan auditor untuk menjalankan tugas dengan integritas dan keahlian tinggi, termasuk memahami secara mendalam dokumen kontrak, peraturan pemerintah seperti PP Nomor 79 Tahun 2010, serta sistem penghitungan pajak yang berlaku. Auditor harus memastikan bahwa pengeluaran yang diklaim sebagai "cost recovery" benar-benar memenuhi kriteria yang ditetapkan, seperti pengeluaran yang terkait langsung dengan operasi eksplorasi dan produksi migas.
Sintesis aposteriori berperan dalam menganalisis data historis seperti laporan keuangan, laporan operasional, dan bukti pembayaran pajak. Auditor melakukan verifikasi apakah setiap klaim biaya telah didukung oleh bukti transaksi yang valid, seperti faktur, kontrak dengan pihak ketiga, dan laporan hasil kerja. Dengan pendekatan ini, auditor dapat mengidentifikasi potensi penyimpangan, seperti klaim biaya yang tidak sah atau pengeluaran yang tidak relevan dengan kegiatan produksi.
Selanjutnya, auditor juga mengevaluasi proses internal perusahaan, termasuk mekanisme pelaporan pajak dan sistem kontrol internal terkait biaya operasi. Jika ditemukan kelemahan, auditor memberikan rekomendasi perbaikan, seperti meningkatkan sistem dokumentasi atau menerapkan teknologi baru untuk mendukung akurasi pelaporan pajak.
Penerapan Arete menurut Platon, yang menitikberatkan pada keunggulan moral dan profesionalisme, memberikan dasar yang kokoh bagi auditor untuk bertindak dengan integritas dan keadilan dalam setiap tahapan audit pajak sektor pertambangan. Pendekatan ini tidak hanya menciptakan auditor yang kompeten, tetapi juga membangun kepercayaan antara otoritas pajak, perusahaan, dan masyarakat. Sementara itu, integrasi sintesis aposteriori—yang menekankan pentingnya data empiris dan pengalaman nyata—memungkinkan auditor untuk mengidentifikasi risiko-risiko spesifik dalam praktik perpajakan sektor pertambangan, seperti manipulasi biaya, transfer pricing, atau penghindaran pajak lainnya.
Dengan menggabungkan prinsip etika yang kuat dengan analisis berbasis bukti, audit tidak hanya berfungsi sebagai alat pengawasan, tetapi juga sebagai sarana pembelajaran dan perbaikan sistem perpajakan. Pendekatan ini memastikan transparansi dalam pelaporan keuangan perusahaan tambang, meningkatkan akuntabilitas terhadap kewajiban perpajakan, dan mendorong kepatuhan yang lebih baik terhadap peraturan yang berlaku. Selain itu, kombinasi Arete dan sintesis aposteriori dapat mengidentifikasi celah atau kelemahan dalam kebijakan perpajakan sektor pertambangan, yang kemudian dapat digunakan untuk merumuskan kebijakan yang lebih efektif dan berkeadilan.
Secara keseluruhan, penerapan kedua pendekatan ini tidak hanya meningkatkan kualitas audit dan efektivitas pengawasan pajak, tetapi juga memberikan dampak strategis yang signifikan terhadap optimalisasi penerimaan negara. Melalui audit yang berbasis pada etika dan data empiris, negara dapat memperkuat fondasi sistem perpajakan yang berkelanjutan, menciptakan iklim usaha yang lebih sehat, dan pada akhirnya mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif.
Referensi
- Said, S. (2012). Pertamina: Dari Kolonial Hingga Nasional. Penerbit Buku Kompas.
- Yusgiantoro, P. (2017). Energy Policy in Indonesia. Springer.
- Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010.
- Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2022.
- Modul K14. Pemeriksaan Pajak. Prof. Apollo
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H